Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hapuskan Stunting di Babel, Intervensi Gizi Balita Digencarkan

Kompas.com - 04/10/2023, 15:00 WIB
Heru Dahnur ,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Penanganan stunting menjadi program kerja prioritas pemerintahan daerah (Pemda) di Kepulauan Bangka Belitung (Babel).

Hal itu sejalan dengan upaya mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, dan berdaya saing sesuai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Merujuk pada pedoman Sustainable Development Goals (SDGs), sektor kesehatan menjadi agenda ke-3 dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia ke depan.

Kepala Dinas Kesehatan Bangka Belitung Andri Nurtito menyebutkan, secara teknis penanganan stunting dilakukan dengan pendataan hingga ke pelosok desa.

Baca juga: Tabung Disinfektan Bekas Covid-19 Jadi Sarana Penanggulangan Karhutla di Babel

Untuk itu dilibatkan tenaga kesehatan, hingga kader PKK di desa setempat.

"Pendataan juga didukung aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), yang dapat memantau perkembangan gizi anak," kata Andri pada awak media di Pangkalpinang, Rabu (4/10/2023).

Andri menuturkan, data yang akurat sampai tingkat desa/kelurahan sebagai deteksi dini.

Kemudian penanganan balita yang mempunyai masalah gizi termasuk stunting dilakukan secara by name by address.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensi stunting di Bangka Belitung sejak 2017-2023 menunjukkan tren yang terus menurun.

Baca juga: 6 Kabupaten di Sulawesi Tenggara Jadi Fokus Upaya Penurunan Stunting

Pada 2017 tercatat (27,3 persen), 2018 (23,28 persen), 2019 (19,93 persen), 2020 (tidak dihitung karena Pandemi Covid-19), 2021 (18,6 persen), 2022 (18,5 persen).

Sementara itu, angka prevalensi per Februari 2023 tercatat 3,51 persen.

Walaupun angka tersebut sudah di bawah prevalensi Nasional yakni 21,6 (per 2022), Pemprov Bangka Belitung tetap bekerja keras agar daerah bebas stunting.

"Jika ditemukan anak bermasalah gizi di Posyandu, maka akan dirujuk ke Puskesmas untuk mendapatkan pemeriksaan, dan tata kelola lebih lanjut berupa intervensi gizi, dan terapi dokter dan ahli gizi," ujar Andri.

"Menyampaikan ke masyarakat tentang penyiapan makanan yang sesuai dengan standar gizi bayi dan anak," sambung Andri.

Baca juga: Jakarta Pusat Targetkan Nol Stunting Sebelum 2024

Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bangka Belitung Oyon Rio Ricardo mengatakan, penyelarasan dan analisis SWOT dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) selama 2023-2026, salah satunya yaitu terpenuhinya kapasitas dan kualitas sumber daya manusia.

Selain itu, #BabelBebasStunting juga menjadi komitmen mendukung visi besar bangsa yaitu Indonesia Emas 2045 yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, dan penguatan terhadap kapasitas dan persatuan ASEAN.

"Empat elemen Epicentrum of Growth yakni arsitektur kesehatan, ketahanan energi, ketahanan pangan, dan stabilitas keuangan," pungkas Oyon.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau