Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terancam Punah, Rafflesia Patma Bakal Dikaji BRIN

Kompas.com - 03/03/2024, 17:16 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.comBadan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meneliti keragaman genetik bunga Rafflesia Patma yang berasal dari lima lokasi yang berada di luar kawasan lindung.

Sebagai informasi, Rafflesia Patma sebagai kerabat dekat Rafflesia Arnoldii merupakan salah satu tumbuhan dilindungi, karena keberadaannya di alam sudah langka dan terancam kepunahan.

"Sejak 2004, kami telah berhasil meneliti dan menumbuhkan Rafflesia patma beserta tanaman inangnya. Tumbuhan endemik asal Pangandaran itu setidaknya telah mekar lebih dari 16 kali di Kebun Raya Bogor," kata Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN Yayan Wahyu Kusuma, dalam keterangannya, Minggu (3/3/2024). 

Selama ini, pemerintah mendorong upaya konservasi kerabat Rafflesiaceae di habitat asalnya secara in situ di kawasan lindung, maupun di luar habitat asalnya atau secara ex situ seperti kebun raya, arboretum, dan taman kehati.

BRIN, kata dia, tengah meneliti keragaman genetik Rafflesia patma yang berasal dari lima lokasi yang berada di luar kawasan lindung, yaitu Kebun Raya Bogor, Leuweung Cipeucang Geopark Ciletuh, Bojong Larang Jayanti, Leuweung Sancang, dan Pangandaran.

Baca juga:

Yayan menuturkan bahwa hasil penelitian selama dua dekade itu menunjukkan hasil menarik.

"Bahwa keragaman genetik Rafflesia Patma yang berasal dari Leuweung Cipeucang paling tinggi karena 0,36 melebihi keragaman generik yang berasal dari Kebun Raya Bogor (0,32), Bojong Larang Jayanti (0,08), Leuweung Sancang (0,32), dan Pangandaran (0,04)," tutur Peneliti Ahli Utama ini.

Oleh sebab itu, ia menilai upaya konservasi jenis-jenis tumbuhan langka yang tumbuh di luar kawasan lindung perlu terus digalakkan, untuk meningkatkan keragaman genetik.

“Selain Rafflesia Patma, kami juga menemukan data serupa pada jenis tumbuhan langka lainnya yang tumbuh di luar kawasan lindung, seperti Vatica Bantamensis dan Hopea bilitonensis,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala PREE BRIN Anang Setiawan Achmadi menyampaikan, topik yang sedang didiskusikan yaitu terkait “Ecology and Conservation of Biodiversity Outside Protected Area” atau "Ekologi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati di Luar Kawasan Lindung" akhir-akhir ini menjadi perhatian banyak pihak.

“Hal ini merupakan salah satu hot issue (isu panas) konservasi yang saat ini banyak diperbincangkan," ujar Anang. 

 

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com