Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perhatian Pemerintah terhadap Angkutan Sungai Minim, Ini Usul Pengamat

Kompas.com - 03/03/2024, 14:35 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno menilai perhatian pemerintah terhadap transportasi perairan masih kurang diperhatikan.

Ia mengatakan, saat ini, angkutan sungai memang semakin sedikit digunakan untuk membawa penumpang, meski masih banyak digunakan untuk mengangkut logistik.

Adapun logistik diperlukan warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai, karena tidak memiliki akses transportasi jalan memadai. Akan tetapi, angkutan sungai tetap perlu mendapat perhatian. 

"Pemerintah tidak hanya memperhatikan moda kereta api, angkutan jalan, angkutan udara, transportasi laut, namun keberadaan angkutan sungai jangan dilupakan," ujar Djoko dalam pernyataannya, Minggu (3/3/2024). 

Baca juga: Pendapat Ahli Soal Keberlanjutan Transportasi Skema Buy The Service

Terlebih Indonesia sebagai negara maritim memiliki luas perairan dua pertiga dari total wilayah Nusantara. 

Berdasarkan data dari Direktorat Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (2023), jumlah sungai di Indonesia mencapai 2.397 aliran sungai dengan panjang keseluruhan 84.678 kilometer.

Namun, kata dia, transportasi sungai menjadi berkurang dengan makin berkembangnya transportasi jalan yang kian menjanjikan kecepatan.

Kondisi angkutan sungai

Menurut Djoko, kondisi sungai saat ini melemah dalam hal pemenuhan standar keselamatan.  Belum ada keterpaduan dengan moda transportasi lainnya, fasilitas sarana dan prasarana juga belum memadai.

Selain itu, kekurangan sumber daya manusia yang memiliki kompentensi, hingga melemahnya pengawasan keselamatan pelayaran.

Baca juga: Perpres CCS Diteken, Atur Transportasi Karbon Lintas Negara

Survei angkutan sungai di Sumatera Selatan tahun 2018 yang dilakukan Ketua Umum DPP Ikatan Alumni Pendidikan Tinggi Sungai, Danau dan Penyeberangan (IKASDAP) Azis Kasim Djou menyebutkan alasan masyarakat enggan menggunakan angkutan sungai. 

Di antaranya karena waktu lebih lama dibandingkan dengan menggunakan kendaraan darat atau udara. Lalu perasaan lebih aman menggunakan transportasi darat, ada ketidakstabilan air, dan tidak adanya anggaran pemeliharaan sungai. 

Kemudian, bahan bakar kapal dapat mencemari air, beberapa rute angkutan sungai sudah tidak lagi tersedia, sebagian sungai sudah sangat dangkal, jalan darat lebih lancar daripada sungai, jalan darat lebih dekat, dan sudah terlayani oleh angkutan darat.

Sedangkan beberapa alasan masyarakat mau menggunakan angkutan sungai antara lain karena sungai akan terawat lingkungannya, sebagai alternatif moda transportasi yang nyaman, dan jalan darat yang sudah mulai macet dan tidak tertib.

Kemudian, sensasi berkendara di sungai lebih menarik ketimbang darat, pada beberapa tempat sungai dapat memotong jalur jalan yang jauh, lebih cepat dan murah, untuk rekreasi atau pariwisata air, potensi pemasukan daerah, dan karena ada beberapa daerah yang hanya dapat dilalui via sungai. 

Keunggulan angkutan sungai

Menurut Djoko, angkutan sungai masih memiliki sejumlah keunggulan. Seperti tersedianya aliran secara alami, biaya pengembangan jaringan lebih rendah (5-10 persen) dari angkutan jalan dan rel, dan biaya pemeliharaan rendah (20 persen) dari jaringan jalan.

Baca juga: Skema Transportasi Buy The Service di 11 Kota, Ini Saran Ahli

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Petani Kecil Berperan Penting dalam Industri Kelapa Sawit, Perlu Distribusi Keuntungan yang Merata

Petani Kecil Berperan Penting dalam Industri Kelapa Sawit, Perlu Distribusi Keuntungan yang Merata

LSM/Figur
Peneliti UGM: Gua di JJLS Punya Ornamen Terbaik di Gunungkidul

Peneliti UGM: Gua di JJLS Punya Ornamen Terbaik di Gunungkidul

LSM/Figur
Astra Half Marathon 2024 Ajak Lebih dari 5.000 Pelari Ciptakan Dampak Positif Berkelanjutan

Astra Half Marathon 2024 Ajak Lebih dari 5.000 Pelari Ciptakan Dampak Positif Berkelanjutan

Swasta
Kurangi Efek Rumah Kaca, Peneliti BRIN Tawarkan Semai Kapur Kalsium Oksida ke Atmosfer

Kurangi Efek Rumah Kaca, Peneliti BRIN Tawarkan Semai Kapur Kalsium Oksida ke Atmosfer

LSM/Figur
PLN Komitmen Siapkan Energi Hijau di Indonesia

PLN Komitmen Siapkan Energi Hijau di Indonesia

Pemerintah
Aruki: Agenda Indonesia dalam COP29 Jauh dari Keadilan Iklim

Aruki: Agenda Indonesia dalam COP29 Jauh dari Keadilan Iklim

LSM/Figur
Hari Pertama COP29, Negara-negara Sepakati Aturan Bursa Karbon Internasional

Hari Pertama COP29, Negara-negara Sepakati Aturan Bursa Karbon Internasional

Pemerintah
Hadiri COP29, Delegasi Indonesia Promosikan Nuklir hingga Penangkap Karbon

Hadiri COP29, Delegasi Indonesia Promosikan Nuklir hingga Penangkap Karbon

Pemerintah
Komunitas Vegetarian Minta Prabowo Buat Kebijakan Batasi Konsumsi Daging

Komunitas Vegetarian Minta Prabowo Buat Kebijakan Batasi Konsumsi Daging

Pemerintah
Kualitas Alam Turun, Bagaimana Perusahaan Bisa Turut Menyelamatkannya?

Kualitas Alam Turun, Bagaimana Perusahaan Bisa Turut Menyelamatkannya?

Pemerintah
Uni Eropa Tegas Larang Mobil Beremisi CO2 pada 2035

Uni Eropa Tegas Larang Mobil Beremisi CO2 pada 2035

Pemerintah
IUCN: 38 Persen Pohon di Dunia Terancam Punah

IUCN: 38 Persen Pohon di Dunia Terancam Punah

Pemerintah
Kesenjangan Pendanaan Adaptasi Iklim Bengkak 187 Miliar Dollar AS Per Tahun

Kesenjangan Pendanaan Adaptasi Iklim Bengkak 187 Miliar Dollar AS Per Tahun

Pemerintah
The Star 'ESG Summit 2024': Perusahaan Didorong Fokus pada Dampak ESG Terukur

The Star "ESG Summit 2024": Perusahaan Didorong Fokus pada Dampak ESG Terukur

Swasta
Indonesia Dinilai Layak Jadi Rujukan Dunia soal Peringatan Dini Tsunami

Indonesia Dinilai Layak Jadi Rujukan Dunia soal Peringatan Dini Tsunami

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau