Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/03/2024, 11:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Ahli PT Smart Cakrawala Aviation A Hilmi Rafiiq menyampaikan curah hujan yang ekstrem menjadi tantangan saat pihaknya melakukan teknik modifikasi cuaca (TMC) untuk menanggulangi banjir di Demak, Jawa Tengah.

Menurutnya, curah hujan yang terjadi di Demak termasuk dalam intensitas yang ekstrem, karena lebih dari 200 milimeter.

"Curah hujan di Demak itu termasuk ekstrem karena di atas 200 mm. Biasanya dari BMKG ada klasifikasi, kalau curah hujan lebat sendiri berkisar 100 mm sampai 150 mm," kata Hilmi, dalam jumpa media di Jakarta, Jumat (22/3/2024). 

Baca juga: Studi HCC: 48 Persen Warga Tidak Siap Hadapi Bencana Banjir

Curah hujan yang ekstrem tersebut diakibatkan adanya dinamika atmosfer yang tinggi di sekitar Demak. Sehingga, pertumbuhan awan yang tinggi di wilayah tersebut tidak dapat dihindari. 

Selain itu, kondisi geografis wilayah Demak berupa cekungan juga turut mempengaruhi keadaan, karena air yang turun seolah tertampung, sehingga menyebabkan banjir.

Sudah mulai menurun

Hilmi menjelaskan, kendati mengalami kesulitan dalam memodifikasi cuaca di Demak, namun upaya penanggulangan banjir melalui TMC tersebut cukup membuahkan hasil.

Menurutnya, saat ini intensitas curah hujan ekstrem di Demak sudah berangsur turun. Pihaknya kini mencatat intensitas air hujan di wilayah itu ada di kisaran 50 milimeter.

"Dari laporan rekan-rekan yang di lapangan, curah hujan (di Demak) bisa kita minimalisir hingga di bawah 50 atau 25 mm, mungkin angka pastinya nanti BMKG yang akan rilis," tutur dia. 

Baca juga: Masyarakat Perlu Hati-hati soal Informasi Bencana

Dengan demikian, hal tersebut dikatakan secara langsung dapat mengurangi tingginya genangan air yang sebelumnya meresahkan masyarakat.

Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengungkapkan penyebab jebolnya sejumlah tanggul di Demak, Jawa Tengah, yang membuat banjir sempat mencapai 2 meter.

Ia menuturkan, penyebab tanggul jebol itu karena intensitas hujan tinggi, bahkan masuk kategori sangat ekstrem.

"Ya, ini memang hujannya sangat ekstrem, karena hujan ekstrem itu 150 milimeter, yang di sini sudah 238 milimeter. Sangat ekstrem sekali," kata Presiden Jokowi, usai meninjau korban banjir di SMK Ganesa, Demak, dikutip dari Kompas.com (22/3/2024). 

Ia mengatakan, intensitas hujan yang ekstrem itu memicu sejumlah infrastruktur tanggul jebol dengan lebar kebocoran yang bervariasi.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com