KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) siap menerapkan teknologi modifikasi cuaca berbasis siaga atau standby on call sebagai upaya mitigasi cuaca ekstrem, sekaligus mengamankan arus perjalanan mudik Lebaran 2024.
“Daerah manapun yang mengalami cuaca memburuk, itulah yang akan dilakukan TMC. Bila ada status tanggap darurat maka TMC pasti akan dilakukan,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, dilansir dari Antara, Selasa (2/4/2024).
Ia menjelaskan bahwa kebijakan ini diambil berdasarkan rapat koordinasi lintas sektoral yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
Pemerintah menilai penerapan TMC standby on call itu menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mengamankan arus mudik Lebaran.
“Pemerintah mengharapkan melalui penerapan TMC kondisi cuaca dapat dikurangi,” ujarnya.
Adapun beberapa wilayah yang prioritas antara lain Sumatera bagian selatan, Pulau Jawa khususnya Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Papua.
Baca juga: 5 Rekomendasi Hampers Lebaran Ramah Lingkungan
Hal itu sesuai hasil analisa cuaca BMKG, yang memprakirakan sejumlah daerah berpotensi mengalami cuaca ekstrem dan gelombang tinggi selama arus mudik Lebaran.
Pada fase pertama sepekan sebelum Lebaran (3-9 April 2024), pihaknya memperkirakan terjadi hujan intensitas sedang-lebat (150 mm – 200 mm). Cuaca ekstrem juga berpotensi meningkatkan gelombang laut mulai dari 1,25 meter -2,5 meter.
BMKG memprediksi kondisi ini akan terjadi di Samudera Hindia selatan, berimplikasi pada penyeberangan laut di Pelabuhan Merak dan Bakauheni, kemudian Pelabuhan Gilimanuk yang berpotensi banjir rob.
Oleh karena itu, pihaknya berharap pemerintah daerah (pemda) dapat berkomunikasi secara aktif mengenai kebutuhan di daerah menyangkut keamanan cuaca untuk mengamankan arus mudik Lebaran tahun ini, termasuk bila membutuhkan modifikasi cuaca.
“Para pemudik atau penyedia jasa angkutan juga diminta untuk secara aktif melihat informasi dan kondisi cuaca terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan,” tutur dia.
Baca juga:
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam rapat koordinasi bersama Kemenko PMK memprediksi potensi pergerakan masyarakat yang akan melaksanakan mudik Lebaran tahun ini mencapai 193,6 juta orang atau sebesar 71,7 persen dari jumlah penduduk.
Jumlah pergerakan pemudik tersebut meningkat jika dibandingkan dengan mudik Lebaran tahun lalu yang hanya 123,8 juta orang.
Dengan demikian, Kemenhub menilai informasi dan upaya kesiapsiagaan penanganan cuaca dan iklim menjadi penting.
Harapannya, masyarakat atau penyedia jasa transportasi bisa mengantisipasi dan memperkecil dampak selama masa puncak arus mudik yang diperkirakan terjadi pada 5 - 8 April 2024. Sedangkan puncak arus balik diprediksi terjadi pada 13 - 16 April 2024.
Adapun Guswanto menyebut cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat diprediksi terjadi tanggal 5 sampai 11 April 2024. Sedangkan 12 April dan sesudahnya diprakirakan aktivitas cuaca ekstrem berkurang menjadi hujan ringan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya