Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/04/2024, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Pekan ini, Dubai Uni Emirat Arab (UEA) dan Oman diterjang banjir bandang yang menyita perhatian internasional.

Berbagai pihak mempertanyakan, mengapa dua negara di padang pasir ini bisa dilanda cuaca ekstrem berupa badai dan hujan lebat hingga memicu banjir bandang.

Banjir awalnya melanda Oman pada Minggu (14/4/2024). Beberapa hari kemudian Dubai diterjang air bah pada Selasa (16/4/2024).

Baca juga: Terjebak Banjir Terparah dalam 75 Tahun di Dubai, Anang Hermansyah Belum Bisa Kembali ke Indonesia

Kedua negara lumpuh seketika akibat bencana tersebut. Air bah menggenangi jalan raya, permukiman, menyebabkan kemacetan lalu lintas, dan mengurung orang-orang di rumah.

Banjir bandang di UAE juga memutus aliran listrik dan menyebabkan gangguan besar pada penerbangan karena landasan pacu tenggelam oleh air.

Banjir bandang di kedua negara tersebut menjadi lebih parah karena kurangnya sistem drainase untuk mengatasi hujan lebat.

Di Oman, 20 orang dilaporkan tewas. Sedangkan di UEA satu orang meninggal, sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: Dubai Banjir, KJRI Berikan Bantuan ke WNI yang Terjebak di Bandara

Bukan cloud seeding

Terletak di wilayah gurun pasir dengan iklim kering, UEA dan wilayah lain di Semenanjung Arab sangat jarang diguyur hujan.

Untuk mengatasi kekeringan, Reuters melaporkan UAE sering melakukan penyemaian awan atau cloud seeding untuk menghasilkan hujan.

Cloud seeding adalah metode untuk meningkatkan curah hujan dengan cara menaburkan mineral tertentu ke awan.

Di Semenanjung Arab, UEA menjadi negara pepolor cloud seeding sebagai upaya menciptakan awan dan meningkatkan curah hujan.

Baca juga: Terkenal Gersang, Mengapa Dubai Bisa Dilanda Banjir Besar?

Setelah air bah menerjang dua negara tersebut, muncul pertanyaan apakah cloud seeding memicu cuaca ekstrem hingga memicu banjir bandang?

Pusat Meteorologi Nasional UEA lantas mengatakan kepada Reuters, tidak ada penerapan cloud seeding sebelum cuaca ekstrem terjadi.

Friederike Otto, dosen senior ilmu iklim di Imperial College London, mengatakan, cloud seeding tidak akan mungkin bisa menciptakan cuaca ekstrem karena metode tersebut tidak bisa menciptakan awan dari ketiadaan.

"(Cloud seeding) mendorong air yang sudah ada di langit mengembun lebih cepat dan menjatuhkan air di tempat-tempat tertentu. Jadi pertama-tama, Anda memerlukan kelembapan. Tanpanya, tidak akan ada awan," ucap Otto.

Baca juga: Banjir Dubai, Kemenlu Sebut Tak Ada WNI Jadi Korban

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genjot Pemanfaatan EBT, PLN akan Bangun 'Smart Grid' dan Jaringan Transmisi

Genjot Pemanfaatan EBT, PLN akan Bangun "Smart Grid" dan Jaringan Transmisi

BUMN
Rektor IPB: Tak Hanya Sawit, Indonesia Punya Banyak Sumber Bioenergi

Rektor IPB: Tak Hanya Sawit, Indonesia Punya Banyak Sumber Bioenergi

LSM/Figur
Teknologi Baru Ini Diklaim Bisa Ubah Air Limbah Jadi Avtur Berkelanjutan

Teknologi Baru Ini Diklaim Bisa Ubah Air Limbah Jadi Avtur Berkelanjutan

Pemerintah
Bahlil: Industri Mobil Listrik Global Andalkan RI untuk Pasok Nikel

Bahlil: Industri Mobil Listrik Global Andalkan RI untuk Pasok Nikel

Pemerintah
Berbagai Cara Pelestarian Mangrove, Rehabilitasi sampai Libatkan Masyarakat

Berbagai Cara Pelestarian Mangrove, Rehabilitasi sampai Libatkan Masyarakat

LSM/Figur
Ketahui Sumber-sumber Jejak Karbon yang Dihasilkan Manusia

Ketahui Sumber-sumber Jejak Karbon yang Dihasilkan Manusia

Pemerintah
15 Tahun The Climate Reality Indonesia, Amanda Katili Niode Luncurkan 'Memoar Pegiat Harmoni Bumi'

15 Tahun The Climate Reality Indonesia, Amanda Katili Niode Luncurkan "Memoar Pegiat Harmoni Bumi"

LSM/Figur
Penolakan Proyek Geothermal di Padarincang: Dilema Energi Terbarukan

Penolakan Proyek Geothermal di Padarincang: Dilema Energi Terbarukan

Pemerintah
Mengenal 'Net Zero Emission' hingga Strateginya

Mengenal "Net Zero Emission" hingga Strateginya

LSM/Figur
Deforestasi RI Terburuk Kedua di Dunia, 1,18 Juta Hektare Hutan Rusak

Deforestasi RI Terburuk Kedua di Dunia, 1,18 Juta Hektare Hutan Rusak

LSM/Figur
Peta Jalan Penyelenggaraan dan Pembinaan Bangunan Gedung Hijau Diluncurkan, Ini Isinya

Peta Jalan Penyelenggaraan dan Pembinaan Bangunan Gedung Hijau Diluncurkan, Ini Isinya

Pemerintah
Prancis Berencana Jadikan 'Spare Part' PLTN yang Ditutup jadi Alat Dapur, Amankah?

Prancis Berencana Jadikan "Spare Part" PLTN yang Ditutup jadi Alat Dapur, Amankah?

Pemerintah
Akibat Krisis Iklim, Risiko Tabrakan Hiu Paus dengan Kapal Semakin Tinggi

Akibat Krisis Iklim, Risiko Tabrakan Hiu Paus dengan Kapal Semakin Tinggi

Pemerintah
Koalisi Masyarakat Minta Pemerintah Tingkatkan Perlindungan Nelayan Kecil

Koalisi Masyarakat Minta Pemerintah Tingkatkan Perlindungan Nelayan Kecil

LSM/Figur
KLHK dan UNEP Jalin Kolaborasi di Bidang Hutan dan Lingkungan

KLHK dan UNEP Jalin Kolaborasi di Bidang Hutan dan Lingkungan

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau