KOMPAS.com – Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada 2022, UMKM menyumbang sebanyak 60,5 persen dalam produk domestik bruto (PDB) dan menyerap tenaga kerja sebanyak 96,9 persen dari total penyerapan tenaga kerja nasional. Maka tak heran, UMKM digadangkan menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.
Sayangnya, sistem produksi UMKM di Indonesia yang masih mengadopsi prinsip ekonomi linier menjadikannya sebagai salah satu penyumbang sampah terbesar di Indonesia.
Hal itu terjadi karena banyak produk UMKM masih diproduksi dari bahan baku yang tidak mudah terurai dan dikemas menggunakan kemasan sekali pakai. Alhasil, limbah produksi menjadi menumpuk dan mencemari lingkungan.
Untuk mengatasi hal tersebut, pelaku UMKM bisa menerapkan tip ramah lingkungan berikut.
Sampah plastik yang menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) mencapai 18,1 persen dari keseluruhan sampah yang dihasilkan Indonesia. Karena tidak mudah terurai, penumpukan sampah plastik bisa mencemari lingkungan.
Baca juga: 3 Cara Sederhana Mengurangi Sampah Plastik di Dapur
Oleh karena itu, pelaku UMKM bisa mengurangi penggunaan bahan pengemas sekali pakai. Anda bisa mengganti plastik pembungkus produk dan styrofoam dengan kemasan berbahan dasar kertas. Untuk bubble wrap, Anda bisa menggantinya dengan papel wrap.
Saat konsumen membeli produk, pelaku UMKM cenderung membungkusnya menggunakan plastik sekali pakai. Nah, untuk mengganti kebiasaan ini, Anda bisa memanfaatkan kertas bekas dari koleksi majalah dan koran untuk membungkus produk. Selain ramah lingkungan, opsi ini bisa mengurangi limbah kertas di lingkungan.
Sebagai tip, Anda bisa membentuk kertas majalah dan koran menjadi paper bag.
Apabila kertas bekas masih tersisa banyak, Anda juga bisa menggunakannya sebagai pengganti bubble wrap.
Salah satu penyumbang penumpukan sampah di TPA adalah limbah produksi. Biasanya, sampah ini dihasilkan dari sisa bahan baku yang tidak terpakai lantaran penghitungan produksi yang kurang tepat.
Oleh karena itu, rancanglah produk secara bijak dengan memperhitungkan penggunaan bahan baku yang tepat dan efisien. Pastikan semuanya terpakai.
Baca juga: Yuk, Kreasikan Sampah Plastik di Rumah Menjadi 4 Barang Berikut
Saat pembuatan produk, gunakan pula teknologi yang efisien dan ramah lingkungan. Kurangi juga penggunaan bahan kimia yang berpotensi menjadi sampah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Selain itu, Anda juga bisa bertanggung jawab terhadap hasil produksi dengan mendaur ulang limbah. Anda juga bisa mendonasikan limbah bahan baku yang tidak terpakai ke organisasi atau komunitas yang membutuhkan.
Sebagai upaya mengurangi sampah, Anda bisa menjual produk yang ramah lingkungan. Adapun produk ini bisa berupa barang daur ulang, produk yang dapat dipakai berulang, dan produk yang dapat menunjang kesehatan.
Apabila ingin membuat produk dari bahan hasil daur ulang, Anda bisa membuat buku dari kertas daur ulang, tas belanja dari plastik bekas, atau produk tekstil dari kain perca. Anda juga bisa membuat produk dari bahan-bahan alami yang minim penggunaan bahan kimia berbahaya.
Sementara itu, apabila barang yang dijual berupa makanan atau minuman, pastikan kemasannya dapat digunakan berulang kali.
Jangan sampai niat baik menjaga lingkungan hanya berhenti pada Anda. Ajak juga pembeli untuk menerapkan pola hidup serupa. Selain baik untuk lingkungan, hal ini juga bisa menjadi sarana untuk bonding dan meningkatkan brand awareness UMKM Anda sehingga dapat lebih dikenal masyarakat.
Baca juga: Trik Ajak Generasi Berbeda Terapkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Anda bisa menuliskan ajakan lewat kartu ucapan. Jelaskanlah alasan Anda menjual produk ramah lingkungan dan dampaknya terhadap lingkungan. Anda juga bisa menyisipkan upaya yang dilakukan saat memproduksi produk Anda agar meningkatkan kepercayaan konsumen
Itulah lima tip menjadi pelaku UMKM yang ramah lingkungan. Yuk, mulai jadi pelaku UMKM yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya