Menurut penelitian Waste4Change, terdapat empat jenis plastik fleksibel yang biasanya ditemui dalam produk kemasan yang patut kita hindari dan kurangi pemakaiannya.
Keempatnya adalah monolayer (wadah plastik, bungkus mie instan), gabungan multilayer plastik dan logam (bungkus makanan ringan dan produk sabun cuci), multilayer plastik dan plastik (wadah plastik minyak), serta multilayer plastik dan kertas (bungkus makanan).
3. Menurunkan Kualitas Hidup bagi Makhluk Hidup
Bukan hanya mengganggu lingkungan dan manusia, tapi juga mengganggu kelangsungan makhluk hidup lainnya. Ada banyak kasus pencemaran air yang masuk ke lautan dari sampah anorganik.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2020 wilayah lautan Indonesia sudah tercemar sampah sekitar 1.772,7 gram per meter persegi (g/m2).
Hal ini setara bahwa jumlah sampah di Indonesia sudah mencapai 5,75 juta ton. Tentu setiap tahunnya, jumlah sampah di laut ini kian bertambah.
Pencemaran air laut oleh sampah ini bisa meracuni banyak ikan dan biota laut lainnya. Tak terhitung lagi jumlah kasus ditemui bahwa makhluk hidup laut mati karena mengonsumsi sampah atau terjebak oleh reruntuhan sampah.
Lebih parahnya lagi, akan berbahaya bila ikan yang mengandung plastik, dikonsumsi oleh manusia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya