Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta dan Jabar, 2 Provinsi di Jawa yang Warganya Masih Banyak Tinggal di Rumah Kumuh

Kompas.com - 08/05/2023, 09:34 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Permukiman kumuh masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Pemerintah dan pemangku kepentingan terkait.

Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR mencatat, masih ada 4.170 hektar permukiman kumuh di seluruh Indonesia yang harus ditata dan ditangani.

Memang, dari tahu ke tahun, jumlah masyakarat yang menempati permukiman kumuh terus menunjukkan penurunan. Kendati begitu persoalan ini masih tetap perlu menjadi atensi.

Oleh karena itu, Ditjen Cipta Karya mendorong awareness (kesadaran) dari Pemerintah Daerah (Pemda) dalam menuntaskan sisa penanganan permukiman kumuh.

Baca juga: Spesifikasi Rumah Baru Korban Gempa Cianjur, Tipe 36 Dua Kamar Tidur

Hal ini merupakan upaya agar penanganan permukiman kumuh tidak selalu membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Jika permukiman kumuh masih tersisa ribuan hektar menunggu ditangani, bagaimana dengan warga yang tinggal di rumah kumuh?

Dokumen Badan Pusat Statistik (BPS) berjudul Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan 2022 menyebutkan, terdapat empat komponen penentu rumah kumuh, yakni ketahanan bangunan, kecukupan luas tempat tinggal, serta akses kepemilikan terhadap layanan sumber air minum dan sanitasi layak.

Aspek yang membedakan klasifikasi rumah layak huni dan rumah kumuh terletak pada adanya penimbang pada komponen penyusun rumah kumuh.

Ketahanan bangunan dan kecukupan luas tempat tinggal masing-masing memiliki bobot sebesar 35,00 persen.

Kedua komponen lain, yaitu kepemilikan akses terhadap layanan sumber air minum dan sanitasi layak masing-masing memiliki bobot sebesar 15,00 persen.

Adapun pada periode tiga tahun terakhir, persentase rumah tangga yang menempati rumah kumuh menunjukkan kecenderungan menurun.

Pada tahun 2020 tercatat sebesar 10,04 persen, kemudian tahun 2021 sebesar 9,12 persen, dan tahun 2022 sebesar 8,93 persen.

Khusus untuk persentase tahun 2022, angka tersebut juga menunjukkan bahwa 9 dari 100 rumah tangga menempati rumah kumuh.

Bila menurut tipe daerah, persentase rumah tangga yang menempati rumah kumuh di perkotaan sebesar 7,56 persen, lebih rendah dibandingkan di pedesaan 10,80 persen.

Pada tahun 2022, masih terdapat enam provinsi dengan persentase rumah tangga yang menempati rumah kumuh lebih dari 10,00 persen.

Dua di antaranya DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jabar) yang merupakan provinsi di Pulau Jawa. Masing-masing mencatat 18,82 persen dan 12,19 persen rumah tangganya masih menempati rumah kumuh.

Berikut daftarnya:

  1. Provinsi Papua 41,54 persen;
  2. Provinsi Nusa Tenggara Timur 23,94 persen;
  3. DKI Jakarta 18,82 persen;
  4. Kepulauan Bangka Belitung 16,21 persen;
  5. Jawa Barat 12,19 persen;
  6. Provinsi Kepulauan Riau 10,99 persen;


Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Di Barcelona, Indonesia Kenalkan Tuna Ramah Lingkungan pada Dunia
Di Barcelona, Indonesia Kenalkan Tuna Ramah Lingkungan pada Dunia
Pemerintah
Pekerja Disabilitas Baru 0,53 Persen, Silang.id Minta Industri Inklusif
Pekerja Disabilitas Baru 0,53 Persen, Silang.id Minta Industri Inklusif
Swasta
KG Media Sabet Dua Penghargaan Global INMA Awards 2025, Inovasi Berbasis Nilai dan Keberlanjutan Mendunia
KG Media Sabet Dua Penghargaan Global INMA Awards 2025, Inovasi Berbasis Nilai dan Keberlanjutan Mendunia
Swasta
Subsidi 6 Sektor Strategis Picu Masalah Lingkungan, Perlu Transparansi
Subsidi 6 Sektor Strategis Picu Masalah Lingkungan, Perlu Transparansi
Pemerintah
Buang Sampah Sembarangan, DLH Cianjur Terapkan Sanksi Rp 500.000
Buang Sampah Sembarangan, DLH Cianjur Terapkan Sanksi Rp 500.000
Pemerintah
Perubahan Iklim Bikin Anggur Cepat Matang, Punya Gula Lebih Tinggi
Perubahan Iklim Bikin Anggur Cepat Matang, Punya Gula Lebih Tinggi
LSM/Figur
Gelombang Panas Hantam Laut Inggris dan Irlandia, Apa Dampaknya?
Gelombang Panas Hantam Laut Inggris dan Irlandia, Apa Dampaknya?
Swasta
RI-Brasil Kerja Sama Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara
RI-Brasil Kerja Sama Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara
Pemerintah
Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C
Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C
Pemerintah
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
LSM/Figur
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Pemerintah
'Destination Zero Waste Bali', Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
"Destination Zero Waste Bali", Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
LSM/Figur
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Pemerintah
Hadirkan Rompi Kembali Utuh, Kolaborasi Adrie Basuki dan CISC Dukung Perjuangan Pasien Kanker
Hadirkan Rompi Kembali Utuh, Kolaborasi Adrie Basuki dan CISC Dukung Perjuangan Pasien Kanker
LSM/Figur
Ahli IPB Usulkan Lutung Sentarum Jadi Satwa Dilindungi
Ahli IPB Usulkan Lutung Sentarum Jadi Satwa Dilindungi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau