KOMPAS.com – Energi panas bumi adalah salah satu jenis energi terbarukan yang pemanfaatannya terus dikembangkan di berbagai negara.
Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam Bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan.
Pemanfaatan panas bumi sebagai energi listrik memanfaatkan teknologi bernama pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).
Baca juga: PLTP Kamojang, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Tertua di Indonesia, Bekas Jejak Penjajah
Prinsip kerja dari PLTP adalah memanfaatkan uap panas bumi untuk memutar turbin. Turbin ini kemudian memutar generator sehingga menghasilkan listrik.
Hingga 2022, jumlah PLTP yang terpasang di dunia mencapai 16.127 megawatt (MW), sebagaimana dilansir Think Geoenergy.
Jumlah kapasitas PLTP terpasang pada 2022 meningkat 286 MW dibandingkan tahun 2021.
Sebagai salah satu sumber energi, panas bumi tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan dan kekurangan energi panas bumi.
Baca juga: Potensi Panas Bumi di Jawa Barat, Terbesar se-Indonesia
Energi panas bumi memiliki sejumlah kelebihan, sebagaimana dilansir dari artikel Potensi Panas Bumi Sebagai Energi Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil untuk Pembangkit Tenaga Listrik di Indonesia dalam Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik Volume 1 No 1 Juni 2010, yaitu:
Energi panas bumi adalah sumber daya energi yang terbarukan karena berasal dari inti bumi dan fluidanya disirkulasikan kembali ke bumi. Energi panas bumi merupakan sumber energi terbarukan sehingga pemanfaatannya bisa berkelanjutan.
Energi listrik yang dihasilkan dari PLTP sangat stabil bila dibandingkan dengan sumber energi terbarukan lainnya seperti energi surya dan energi angin atau bayu. Energi panas bumi tidak tergantung pada perubahan cuaca atau udara.
Baca juga: 10 Negara dengan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Terbanyak di Dunia, Indonesia Nomor 2
Bila dibandingkan dengan energi fosil, energi panas bumi sangat bersih karena minim menghasilkan polusi. Bahkan PLTP dengan metode binary-cycle tidak menghasilkan polusi dan emisi gas rumah kaca (GRK).
Energi panas bumi dihasilkan secara domestik dan mengurangi ketergantungan terhadap impor energi fosil seperti minyak bumi.
Biaya PLTP konstan selama masa pakai fasilitas karena tidak ada bahan bakar yang dibeli. Selain itu, sebagian besar biaya fasilitas juga konstan.
Baca juga: Peta Potensi Panas Bumi Jawa Tengah
Dilansir dari artikel Potensi Panas Bumi Sebagai Energi Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil untuk Pembangkit Tenaga Listrik di Indonesia dalam Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik Volume 1 No 1 Juni 2010, berikut kelemahan energi panas bumi.
PLTP membutuhkan investasi yang sangat mahal untuk eksplorasi, pengeboran, dan pembangunan pembangkit.
Pembangunan PLTP dapat memengaruhi stabilitas tanah di daerah sekitarnya dan aktivitas seismik dapat timbul karena pengeboran.
Baca juga: Daftar Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Indonesia Beserta Lokasinya
PLTP hanya ekonomis di daerah panas bumi aktif. Pemanfaatannya bersifat setempat, tidak dapat diperjualbelikan sebagai komoditas sebelum dikonversikan menjadi energi listrik.
Saat ini harga tenaga listrik yang dihasilkan PLTP relatif belum kompetitif dibandingkan dengan sumber energi lainnya, terutama dari energi fosil. Ini karena harga listrik dari energi fosil belum memperhitungkan tambahan biaya eksternal seperti biaya lingkungan dan lainnya.
Pengusahaan panas bumi untuk pembangkitan tenaga listrik harus memperhatikan sejumlah risiko tinggi dari eksplorasi dan eksploitasi. Selain itu Sumber panas bumi berpotensi bisa habis jika pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik.
Baca juga: Potensi Panas Bumi di Indonesia Berdasarkan Pulau
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya