Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP): Cara Kerja, Jenis, dan Komponennya

Kompas.com - 15/05/2023, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) adalah sebuah sistem teknologi yang mengubah energi panas bumi menjadi energi listrik.

Untuk diketahui, energi panas bumi berasal dari dalam bumi bentuknya berupa fluida, baik itu gas, cair, maupun campuran keduanya.

Energi panas bumi terbentuk oleh proses-proses geologi yang telah dan sedang berlangsung sepanjang jalur vulkanik.

Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Energi Panas Bumi

Dilansir dari situs web Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), fluida dalam energi panas bumi disebut sebagai fluida thermal yang memiliki suhu antara 240 derajat celsius hingga 310 derajat celsius.

Energi panas bumi adalah salah satu jenis energi terbarukan yang pemanfaatannya terus dikembangkan di berbagai negara.

Energi panas bumi memiliki beberapa karakteristik yaitu:

  • Sumber energi bersih, ramah lingkungan, dan keberlanjutan
  • Tidak dapat diekspor, hanya dapat digunakan untuk konsumsi dalam negeri
  • Bebas dari risiko kenaikan atau fluktuas bahan bakar fosil
  • Tidak tergantung cuaca, supplier, dan ketersediaan fasilitas pengangkutan dan bongkar muat dalam pasokan bahan bakar
  • Tidak memerlukan lahan yang luas

Baca juga: PLTP Kamojang, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Tertua di Indonesia, Bekas Jejak Penjajah

Cara kerja PLTP

Seperti yang dijelaskan di awal paragraf, PLTP berfungsi untuk mengubah energi panas bumi menjadi energi listrik. Dilansir dari situs web Kementerian ESDM, berikut cara kerja PLTP.

Cara kerja PLTP pada prinsipnya sama dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yaitu memanfaatkan panas untuk memutar turbin sehingga menghasilkan listrik.

Yang membedakan PLTP dan PLPU adalah PLTP memanfaatkan fluida thermal dari sumber panas bumi untuk memutar turbin. Turbin ini kemudian memutar generator sehingga menghasilkan listrik.

Untuk bisa mendapatkan fluida thermal, terlebih dulu harus mengebor sumur produksi panas bumi di lokasi yang memiliki potensi energi panas bumi. Kedalaman pengeboran biasanya 1.500 sampai 2.500 meter.

Baca juga: Potensi Panas Bumi di Jawa Barat, Terbesar se-Indonesia

Dengan kedalaman itu, fluida panas bumi yang digunakan untuk PLTP tidak berasal dari air permukaan melainkan berasal dari sumur panas bumi.

Setelah mengebor, fluida termal yang ada di dalam sumur panas bumi dialirkan untuk menggerakkan turbin lalu memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik.

Setelah dialirkan untuk memutar turbin, fluida thermal ini tidak langsung dibuang begitu saja, tapi dimasukkan lagi ke dalam bumi melalui sumur reinjeksi.

Fungsi dialirkannya kembali fluida thermal ke dalam bumi adalah untuk menjaga keseimbangan fluida dan panas sehingga sistem panas bumi terus berkelanjutan.

Baca juga: 10 Negara dengan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Terbanyak di Dunia, Indonesia Nomor 2

Jenis-jenis PLTP

Proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang berpotensi menjadi andalan dalam transisi energi baru terbarukan (EBT). Dok. Pertamina Proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang berpotensi menjadi andalan dalam transisi energi baru terbarukan (EBT).

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dukung Transportasi Rendah Emisi, PLN Gandeng KAI Wujudkan Elektrifikasi Jalur Kereta Api
Dukung Transportasi Rendah Emisi, PLN Gandeng KAI Wujudkan Elektrifikasi Jalur Kereta Api
BUMN
Mentan: Tidak Semua Miskin, 27 Ribu Petani Muda Cuan hingga Rp 20 Juta per Bulan
Mentan: Tidak Semua Miskin, 27 Ribu Petani Muda Cuan hingga Rp 20 Juta per Bulan
Pemerintah
Percepatan Net Zero 2050, MKI Integrasikan Emisi GRK ke Perencanaan Bisnis Strategis
Percepatan Net Zero 2050, MKI Integrasikan Emisi GRK ke Perencanaan Bisnis Strategis
Swasta
Nilai Ekonomi Karbon dan Politik Keberlanjutan
Nilai Ekonomi Karbon dan Politik Keberlanjutan
Pemerintah
Sampah Jadi Energi: Bisa Jadi Solusi Maupun Petaka, Risikonya Terlihat Mata
Sampah Jadi Energi: Bisa Jadi Solusi Maupun Petaka, Risikonya Terlihat Mata
Pemerintah
Investor Global Ultimatum, Stop Deforestasi Sebelum 2030, atau Modal Hijau Terhenti
Investor Global Ultimatum, Stop Deforestasi Sebelum 2030, atau Modal Hijau Terhenti
Swasta
Genjot Jaringan Listrik ASEAN, ADB-Bank Dunia Rilis Pendanaan Baru
Genjot Jaringan Listrik ASEAN, ADB-Bank Dunia Rilis Pendanaan Baru
Pemerintah
Akademisi UB: Pemanfaatan Geotermal di Indonesia Masih Jauh dari Maksimal
Akademisi UB: Pemanfaatan Geotermal di Indonesia Masih Jauh dari Maksimal
Pemerintah
Nyanyian Lontar di Rai Hawu: Saatnya Adaptasi Iklim Berpijak pada Kekuatan Lokal
Nyanyian Lontar di Rai Hawu: Saatnya Adaptasi Iklim Berpijak pada Kekuatan Lokal
Pemerintah
Penjurian Asia ESG Positive Impact Awards 2025 Resmi Selesai
Penjurian Asia ESG Positive Impact Awards 2025 Resmi Selesai
Swasta
Mau Proyek Sampah Jadi Energi Sukses? Kuncinya Duit, Transparansi, dan Kebijakan Jelas
Mau Proyek Sampah Jadi Energi Sukses? Kuncinya Duit, Transparansi, dan Kebijakan Jelas
Swasta
20 Kura-Kura Leher Ular Rote Dilepasliarkan, Agar Tak Lagi Jadi Terlangka di Dunia
20 Kura-Kura Leher Ular Rote Dilepasliarkan, Agar Tak Lagi Jadi Terlangka di Dunia
Pemerintah
FAO: Hutan Tetap Terancam meski Deforestasi Global Melambat dalam Satu Dekade Terakhir
FAO: Hutan Tetap Terancam meski Deforestasi Global Melambat dalam Satu Dekade Terakhir
Pemerintah
Papua Terancam Jadi Sumatera Kedua, Jadi Langganan Kebakaran Gambut
Papua Terancam Jadi Sumatera Kedua, Jadi Langganan Kebakaran Gambut
LSM/Figur
Demi NZE 2060, RI Tak Boleh Korbankan Hutan dan Gambut untuk Transisi Energi
Demi NZE 2060, RI Tak Boleh Korbankan Hutan dan Gambut untuk Transisi Energi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau