JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia memproduksi 19,45 juta ton sampah sepanjang tahun 2022.
Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), timbulan sampah rumah tangga merupakan kontributor terbesar dengan angka sebanyak 39,63 persen.
Sumber timbulan sampah terbesar berikutnya berasal dari perniagaan, yakni 21,07 persen. Kemudian 16,08 persen timbulan sampah berasal dari pasar.
Sementara timbulan sampah yang berasal dari kawasan komersial/industri/kawasan lainnya 7,14 persen, fasilitas publik 6,82 persen, perkantoran 5,96 persen, dan 3,3 persen berasal dari sumber-sumber lainnya.
KLHK menargetkan, jelang 2025 persoalan sampah ini dapat tuntas ditangani, dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini karena sampah yang ditangani dan dikelola dengan baik, memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Baca juga: 7 Tip Mengurangi Sampah Plastik dari Diri Sendiri
Salah satu upaya mengolah sampah sekaligus memberi manfaat ekonomi adalah dengan menjadikannya sebagai bahan bakar dan bahan baku alternatif pembuatan semen.
PT SCG Indonesia melalui anak perusahannya, PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi, tercatat telah mengolah 7.700 ton sampah setiap hari menjadi bahan bakar dan bahan baku alternatif pembuatan semen.
Presiden Direktur PT SCG Indonesia Chakkapong Yingwattanathaworn mengatakan, upaya ini merupakan bentuk implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG) serta transparansi dan keadilan atau ESG 4 Plus.
Perusahaan ini menerapkan transformasi energi melalui inovasi teknologi Alternatif Fuel and Alternative Raw (AF/AR) tersebut sejak awal 2022.
"Hal ini sekaligus merupakan fasilitas daur ulang limbah industri menjadi bahan bakar alternatif dan bahan baku alternatif pembuatan semen," ujar Chakkapong.
AF/AR mampu menekan konsumsi bahan bakar fosil untuk operasional pabrik sebesar 3 persen dan meningkatkan penggunaan bahan baku alternatif sebesar 9,4 persen.
Baca juga: 4 Tips Mengolah Sampah dari Rumah, Bisa Dijadikan Gas untuk Masak
Selain itu, perusahaan juga sedang menyiapkan implementasi teknologi Refuse Derived Fuel (RDF), yang merupakan fasilitas untuk menghasilkan sumber energi terbarukan dari daur ulang Municipal Solid Waste (MSW) atau sampah padat menjadi bahan bakar.
Melalui pengembangan RDF, sampah dapat diolah sampai tidak tersisa menggunakan metode Co-Processing dengan suhu 1.4500C di klin semen.
Teknologi yang dibangun di TPA Cimenteng, Sukabumi, ini diharapkan dapat membantu proses pengolahan 220 ton sampah dari MSW dan 113 ton sampah dari landfill TPA Cimenteng yang masuk setiap harinya.
Teknologi ini diharapkan mampu mendukung target Pemerintah Daerah (Pemda) Sukabumi dalam pengurangan sampah sebesar 30 persen dan penanganan sampah sebesar 70 persen pada 2025.
Dengan kapasitas kurang lebih 333 ton dari sampah itu akan menghasilkan kurang lebih 100 ton per hari RDF. Semua RDF akan diambil oleh semen SCG ini untuk menggantikan batu bara. Targetnya adalah 30 persen bisa mengurangi penggunaan batu bara.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya