Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 2 Juni 2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Situs Ramsar atau Ramsar Site adalah kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk melindungi kelestarian dan fungsi lahan basah di dunia.

Lahan basah sendiri berfungsi sebagai sumber air, pemurni air, pelindung pantai, dan penyimpan karbon terbesar di Bumi.

Dilansir dari keterangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), lahan basah juga berfungsi untuk pertanian dan perikanan.

Baca juga: 7 Taman Nasional Indonesia yang Masuk ASEAN Heritage Park

Situs Ramsar bermula dari Konvensi Lahan Basah pada 2 Februari 1971 di Kota Ramsar, Iran. Karena letaknya di Ramsar, konvensi ini disebut sebagai Konvensi Ramsar.

Setiap negara yang meratifikasi Konvensi Ramsar wajib menetapkan minimal satu kawasan lahan basah yang terdapat dalam wilayah negaranya, untuk dimasukkan dalam Daftar Lahan Basah Internasional Penting.

Daftar tersebut kemudian diistilahkan sebagai Situs Ramsar, sebagaimana dilansir dari situs web Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada (UGM).

Hingga 2020, ada tujuh kawasan di Indonesia yang ditetapkan sebagai Situs Ramsar menurut Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2020.

Berikut tujuh kawasan di Indonesia yang ditetapkan sebagai Situs Ramsar.

Baca juga: Daftar Taman Nasional di Papua

1. Taman Nasional Berbak

Taman Nasional Berbak, Sumatrawikipedia.org/ James Maiden Taman Nasional Berbak, Sumatra

Taman Nasional Berbak adalah kawasan lahan basah terletak di Provinsi Jambi dan memiliki luas 141.261,94 hektare (ha).

Di Taman Nasional Berbak terdapat 53 spesies mamalia, 284 spesies vegetasi, dan 345 jenis burung.

Taman nasional ini merupakan kawasan konservasi hutan rawa yang terluas di Asia Tenggara.

Flora di Taman Nasional ini contohnya adalah meranti dan berbagai jenis palem. Taman nasional ini memiliki spesies palem hias terbanyak di Indonesia yang dikategorikan sebagai flora yang terancam punah.

Taman nasional berbak juga merupakan habitat asli bagi badak sumatera, harimau sumatera, tapir melayu, kancil melayu, dan lain-lain.

Baca juga: Daftar Taman Nasional di Maluku

2. Taman Nasional Sembilang

Kawasan Taman Nasional Sembilang kawasan lahan basah terletak di pesisir timur Provinsi Sumatera Selatan dengan luas 202.896,31 ha.

Taman Nasional Sembilang dikenal sebagai kawasan konservasi yang memiliki kekayaan spesies burung terbanyak di dunia, yang mencapai 143 spesies.

Gajah dan harimau liar juga masih menghuni kawasan ini selain 29 spesies mamalia lainnya.

Ketika musim tertentu, Taman Nasional Sembilang menjadi tempat migrasi burung-burung dari berbagai jenis, jumlahnya pun ribuan.

Baca juga: Daftar Taman Nasional di Sulawesi

3. Taman Nasional Danau Sentarum

Panorama Taman Nasional Danau Sentarum dari puncak Bukit TekenangKOMPAS.com/YOHANES KURNIA IRAWAN Panorama Taman Nasional Danau Sentarum dari puncak Bukit Tekenang

Taman Nasional Danau Sentarum terletak di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Wilayahnya membentang di tujuh kecamatan.

Taman nasional ini memiliki luas 130.000 ha yang memiliki kawasan hutan rawa dan terdapat sungai-sungai besar dan kecil.

Keunikan taman nasional ini adalah dalam satu tahun, selama 10 bulan, Taman Nasional Danau Sentarum menjadi hamparan lahan basah yang luasnya lebih dari 120.000 ha.

Saat ini terdapat 675 spesies yang tergolong dalam 97 suku (familia). Khusus anggrek terdapat 154 jenis (spesies).

Selain itu, keunikan lain dari Taman Nasional Danau Sentarum adalah flora yang 89 persen berbeda dengan yang ada di daerah aliran sungai (DAS) Kapuas.

Baca juga: Daftar Taman Nasional di Pulau Kalimantan

4. Taman Nasional Wasur

Pemandangan di Taman Nasional Wasur, Papua.Kompas.com/ Dian Maharani Pemandangan di Taman Nasional Wasur, Papua.

Taman Nasional Wasur terbentang di tiga distrik yakni Distrik Sota, Naukenjerai, dan Merauke, di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.

Taman Nasional Wasur memiliki luas 431.425,12 ha. Kawasan ini merupakan salah satu ekosistem lahan basah penting di Indonesia.

Beberapa keunikan fauna di Taman Nasional Wasur kangguru pohon dan musamus atau rumah semut. Dua hal ini menunjukkan kemiripan flora dan fauna Papua dengan benua Australia.

Diperkirakan ada 80 jenis mamalia dan yang telah teridentifikasi sebanyak 34 spesies, di mana 32 spesies di antaranya adalah endemik Papua.

Untuk burung tercatat sedikitnya 403 spesies dengan 74 jenis di antaranya endemik Papua dan diperkirakan terdapat 114 spesies yang dilindungi.

Taman Nasional Wasur merupakan daerah lahan basah dan tempat yang sangat penting untuk burung-burung air di Indonesia, khususnya burung migran dari dan ke Australia dan Selandia Baru.

Baca juga: Daftar Taman Nasional di Bali dan Nusa Tenggara

5. Taman Nasional Rawa Aopa Watumoha

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai terletak di empat kabupaten di Sulawesi Tenggara yaitu Konawe, Konawe Selatan, Kolaka, dan Bombana.

Luas Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai 105.194 ha dan memiliki lima tipe ekosistem.

Kelima ekosistem ini adalah hutan hujan dataran rendah, hutan pegunungan rendah, savana, rawa, dan bakau.

Objek dan daya tarik wisata Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai berupa Muara Lanowulu, Savana Lanowulu-Langkowala, Rawa Aopa, Gunung Watumohai, dan air terjun.

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai terdapat babi rusa, anoa, dan 155 spesies burung di mana 37 di antaranya endemik. Selain itu, di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai terdapat 323 spesies tanaman.

Baca juga: Daftar Taman Nasional di Pulau Jawa

6. Suaka Margasatwa Pulau Rambut

Suaka Margasatwa Pulau Rambut masuk dalam Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kecamatan Kepulauan Seribu Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Dengan luas sekitar 90 ha, Pulau Rambut banyak terdapat pohon bakau menjadi rumah bagi 54 spesies burung dan 6 reptil.

Suaka Margasatwa Pulau Rambut merupakan kawasan dengan ciri khas sebagai habitat pohon bakau dan habitat burung khususnya jenis-jenis burung merandai dan beberapa burung migran seperti burung bluwok.

Baca juga: Daftar Taman Nasional di Pulau Sumatera

7. Taman Nasional Tanjung Puting

Bentang alam di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah.Shutterstock/lukaszemanphoto Bentang alam di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah.

Taman Nasional Tanjung Puting terletak di di Teluk Pulai, Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah dan disebut sebagai konservasi orangutan terbesar di dunia.

Diperkirakan populasi orangutan yang dikonservasi di Taman Nasional Tanjung Puting ini mencapai 30.000-40.000 ekor.

Selain orangutan, Taman Nasional Tanjung Puting juga dihuni sekitar 38 jenis mamalia, di antaranya bekantan, owa kalimantan, beruang madu, rusam sambar, hingga kijang muncak.

Luas total Taman Nasional Tanjung Puting adalah 415.040 hektare yang terdiri dari Suaka Margasatwa seluas 300.040 ha, hutan produksi 90.000 ha, dan kawasan perairan 25.000 ha.

Taman Nasional Tanjung Puting adalah pusat rehabilitasi orangutan pertama di Indonesia.

Beberapa tempat yang dapat dikunjungi adalah Tanjung Harapan, Pondok Tanggui, Camp Lakey, Natai Lengkuas, Danau Burung dan Sungai Buluh.

Baca juga: Daftar Lengkap 54 Taman Nasional di Indonesia

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
Pemerintah
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
COP30: 300 Juta Dollar AS Dialokasikan untuk Riset Kesehatan Iklim
Pemerintah
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Startup Indonesia Perkuat Ekosistem Inovasi Berkelanjutan lewat Nusantara Innovation Hub
Swasta
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
WEF: Transisi Hijau Ciptakan 9,6 Juta Lapangan Kerja Baru pada 2030
Pemerintah
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Celios: Banyak Negara Maju Belum Bayar Utang Ekologis ke Negara Berkembang
Pemerintah
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
Skandal Sawit Kalteng: 108 Perusahaan Masuk Kawasan Hutan, Ogah Bangun Kebun Plasma
LSM/Figur
Tantangan Menggeser Paradigma Bisnis Sawit dari Produktivitas ke Keberlanjutan
Tantangan Menggeser Paradigma Bisnis Sawit dari Produktivitas ke Keberlanjutan
Swasta
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
Masyarakat Adat Jaga Ekosistem, tapi Hanya Terima 2,9 Persen Pendanaan Iklim
LSM/Figur
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
Laporan Mengejutkan: Cuma 19 Persen Perusahaan Sawit di Kalteng Lolos Administrasi
LSM/Figur
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Pemerintah
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Pemerintah
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
LSM/Figur
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Swasta
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
LSM/Figur
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau