JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia masih menjadi masalah yang mengkhawatirkan.
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kementerian Kesehatan RI melaporkan, akumulasi kasus DBD sepanjang 2022 mencapai 143.266 kasus.
Dari jumlah kasus tersebut, sebanyak 1.237 orang dilaporkan meninggal dunia. Sementara hingga minggu ke-19 tahun 2023, jumlah kasus DBD di Indonesia mencapai 31.380 kasus dengan 246 kasus di antaranya dinyatakan meninggal dunia.
Kondisi ini tentu perlu diwaspadai. Terlebih anak-anak, yang merupakan salah satu kelompok berisiko tinggi terkena demam berdarah.
Baca juga: Vaksinasi Kurangi Risiko Kematian karena Demam Berdarah pada Anak
Untuk diketahui, infeksi DBD disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti yang mengandung virus dengue, yakni DENV-1, 2, 3, 4.
Infeksi virus tersebut menyebabkan demam tinggi, mual, muntah, sakit kepala, hingga nyeri. Apabila infeksi telah menyebar ke otak, maka kondisinya menjadi sangat serius dan dapat menyebabkan kematian.
Oleh karena itu, orang tua perlu meningkatkan upaya pencegahan dan pemantauan terhadap anak-anak guna mencegah timbulnya DBD.
Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah metode menguras, menutup, dan mendaur ulang (3M) barang yang menjadi lokasi nyamuk berkembang biak.
Selain melakukan langkah preventif, orang tua juga perlu mengetahui gejala awal infeksi demam berdarah sehingga dapat mengambil langkah pencegahan dan pengobatan yang tepat.
Baca juga: Butuh Lebih Banyak Pemimpin Perempuan di Kesehatan Demi Capai Tujuan SDGs
Salah satu tanda infeksi DBD adalah munculnya bintik-bintik merah pada kulit. Namun menurut dr. Yanuar Saputra Widjaja, M.Kes, Sp.A, dokter spesialis anak dari RS Lira Medika Karawang munculnya bintik-bintik merah bukan satu-satunya ciri DBD.
“Sekarang bintik sudah enggak jadi gejala pasti (munculnya DBD). Ada yang demam panas enggak bintik, itu (terkena) demam berdarah,” kata Yanuar dalam sesi Live Instagram bersama Doodle Exclusive Baby Care beberapa waktu lalu.
Beberapa pasien juga dapat mengalami mual, muntah, dan penurunan nafsu makan. Jika gejala-gejala tersebut muncul, maka perlu dicurigai adanya demam berdarah.
Segera berobat jika demam 3 hari
Penyakit DBD dapat menimbulkan korban jiwa apabila tidak segera ditangani dengan benar. Oleh karena itu, Yanuar menyarankan agar orang tua segera membawa anak berobat jika mengalami demam yang tak kunjung turun selama 3-4 hari dan telah diberikan obat.
Menurutnya, tak ada salahnya orang tua mencurigai anak terkena infeksi DBD tanpa harus menunggu timbul bintik-bintik merah pada kulit terlebih dahulu. Ini karena, munculnya bintik-bintik merah merupakan tanda apabila jumlah trombosit sudah menurun.
“Jadi kalau misalnya sudah datang ke rumah sakit dengan kondisi sudah perdarahan di bawah kulit, sudah bintik-bintik merah, itu sebenarnya sudah terlambat," imbuh Yanuar.
Jika sudah perdarahan di bawah kulit, itu artinya trombositnya sudah menurun. Selanjutnya, dokter akan meminta pasien untuk memeriksa darah.
Yanuar menjelaskan, ketika gejawal awal DBD tak terdeteksi, berisiko menimbulkan perdarahan seperti mimisan atau muntah darah.
Kondisi ini bisa diikuti dengan turunnya jumlah trombosit dalam tubuh hingga di bawah 100.000. Jika hal ini terjadi, maka anak bisa mengalami penurunan kesadaran bahkan kematian.
“Jadi sebisa mungkin kalau misalnya sudah demam 3 hari tidak ada perbaikan, segera bawa berobat,” tuntas Yanuar.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya