Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penambangan Pasir Laut Ancam Hiu Berjalan dan Pari Manta yang Hampir Punah

Kompas.com - 08/06/2023, 20:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Aktivitas penambangan pasir laut dapat mengancam habitat spesies ikan hiu berjalan dan pari manta yang menyandang status dilindungi karena terancam punah.

Hal tersebut disampaikan sejumlah peneliti kelautan dalam diskusi bertajuk inovasi teknologi dalam pelestarian hiu dan pari manta yang digelar Konservasi Indonesia secara daring, Kamis (8/6/2023).

Peneliti dari Institut Ilmu Kelautan Universitas Auckland, Selandia Baru, Edy Setyawan, mengatakan bahwa pengerukan pasir laut bisa membuat pari manta kesulitan mencari makan akibat air laut yang keruh.

Baca juga: Greenpeace Tolak Terlibat dalam Tim Kajian Ekspor Pasir Laut

"Dampak pengerukan pasir laut tidak cuma mengganggu habitat pari manta, tetapi mengganggu habitat seluruh makhluk hidup di laut. Khusus pari manta, itu berhubungan erat dengan terumbu karang," ujarnya sebagaimana dilansir Antara.

Edy mengungkapkan bahwa distribusi pari manta di Indonesia cukup merata dari Aceh sampai Papua.

Ikan pemakan plankton itu banyak ditemukan di Derawan, Nusa Penida, Pulau Komodo, dan Raja Ampat.

Ketika ada pengerukan pasir dan sedimentasi yang menutupi terumbu karang, sedimen akan merusak habitat pari manta, seperti cleaning station.

Baca juga: Soal Ekspor Pasir Laut, Aktivis: Karpet Merah untuk Bisnis dan Oligarki

Padahal, cleaning station itu sangat dibutuhkan oleh pari manta untuk membersihkan diri agar mereka tetap sehat.

"Pari manta tidak hanya makan di permukaan, tetapi juga makan di dasar laut. Mereka makan di banyak tempat," kata Edy.

Manajer Strategi Konservasi Spesies Kharismatik dan Elasmobranch dari Konservasi Indonesia Iqbal Herwata mengatakan, bila pengerukan pasir laut itu dilakukan di wilayah timur Indonesia, aktivitas penambangan sedimentasi itu akan berdampak terhadap habitat hiu berjalan.

Apalagi, pengerukan dilakukan pada area di bawah 20 meter, habitat mereka akan rusak.

Baca juga: Selain Berdampak ke Lingkungan, Ekspor Pasir Laut Ganggu Kedaulatan Negara

"Kecuali pengerukan itu dilakukan pada area laut yang lebih dalam mungkin tidak terlalu signifikan dalam mengganggu populasi hiu berjalan tersebut," terang Iqbal.

Saat ini ada sembilan spesies hiu berjalan di dunia. Dari sembilan spesies itu, enam spesies ditemukan pada perairan Indonesia.

Pemerintah Indonesia menetapkan status perlindungan penuh terhadap hiu demersal berukuran di bawah 100 sentimeter tersebut.

Baca juga: Peneliti LIPI: Ekspor Pasir Laut Akan Berdampak ke Lingkungan dan Sosial

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
LSM/Figur
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Pemerintah
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Pemerintah
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
BUMN
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Pemerintah
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
LSM/Figur
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
LSM/Figur
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
BUMN
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
Pemerintah
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Pemerintah
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Swasta
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Swasta
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Pemerintah
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Pemerintah
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau