Vamelia lantas menjalankan program satu desa satu TBM melalui TP PKK.
Vamelia menyadari, desa-desa di KTT adalah desa terpencil, sehingga orangtua membawa anak mereka bekerja di ladang. Alasan itu membuat banyak anak tidak bersekolah.
Bersama tim, Vamelia menjemput anak-anak untuk bermain dan belajar di TBM setempat.
TP PKK juga membuka TBM untuk ibu-ibu yang masih buta huruf. Di TBM, para ibu itu belajar membaca.
Vamelia melakukan sosialisasi pemulihan pembelajaran (learning recovery) melalui dua jalur yakni sekolah dan masyarakat.
Baca juga: Ciptakan Lingkungan Pendidikan Toleran, Peran Guru Harus Diperkuat
Realisasi pemulihan itu berupa penggunaan karakteristik kurikulum merdeka mulai dari asesmen hingga pembelajaran terdiferensiasi, serta peningkatan kapasitas guru, kepala sekolah, dan pengawas.
Pada jalur masyarakat ada pemulihan melalui pembentukan TBM yang melibatkan unsur pengurus PKK desa, tokoh agama, tokoh adat, dan pemuda-pemudi.
Dukungan Alokasi Dana Desa (ADD), Dana Desa (DD), dan anggaran PKK Tana Tidung menjadi penyokong program dan operasionalisasi TBM.
Anggaran pembelian buku untuk TBM berasal dari dana pemerintah setempat untuk edisi 2023. Setiap desa mengalokasikan Rp 15 juta untuk membeli buku anak.
Masing-masing TBM desa akan memiliki koleksi buku yang berbeda.
Selain itu, agar anak tidak bosan membaca buku yang sama, Vamelia menyiasati dengan memutar koleksi buku dari TBM ke TBM lain.
Rotasi buku ini dimulai antar TBM di kecamatan yang sama. Dengan demikian, semua koleksi buku dapat digunakan ke semua TBM di 32 desa yang ada di KTT.
Selanjutnya, kesejahteraan para pengelola TBM juga mendapat perhatian.
Baca juga: 3 Pesan Kunci Majukan Pendidikan dari Rakernas LPTNU
Bupati KTT pun telah menerbitkan aturan yang memfasilitasi program TBM: Pertama, para kader PKK yang mengajar di TBM mendapatkan insentif sebesar Rp 300.000 per bulan.
Kedua, setiap TBM mendapat pengadaan buku senilai Rp 15 juta. Ketiga, biaya operasional di TBM diberikan sebesar Rp 5 juta.
Kini program mengatasi learning loss mulai menunjukkan hasil positif.
Hasil asesmen diagnostik membaca untuk siswa kelas awal dan kelas tinggi pada periode 2022/2023, menunjukkan terjadinya pemulihan pembelajaran.
Dalam waktu enam bulan sebanyak 53 persen siswa bisa lulus kompetensi literasi dasar meliputi mengenal kata, suku kata, dan kata.
Sedangkan di kelas tinggi, dalam waktu enam bulan sebanyak 71 persen siswa telah mencapai kompetensi membaca mandiri dan memampu menjawab pertanyaan ekplisit dan implisit. Pengukuran ini melibatkan 1.704 siswa SD.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya