KOMPAS.com - Ketika dunia, termasuk Indonesia, diributkan oleh fenomena El Nino, awal Juni ini Bumi rupanya sudah mengalami lonjakan suhu yang drastis.
Copernicus Climate Change Service (C3S), sebuah misi bentukan Uni Eropa yang memantau perubahan iklim dan pemanasan global, melaporkan bahwa selama 11 hari pertama Bulan Juni, Bumi mencatat rekor suhu tertinggi sepanjang tahun ini.
C3S menyebutkan, suhu rata-rata global pada awal Juni 2023 ini melampaui ambang batas 1,5 derajat celsius yang sudah disepakati dalam Perjanjian Paris.
Baca juga: Suhu Bumi Diprediksi Lampai Batas Kritis dalam 5 Tahun
Meskipun sempat terjadi pada awal Juni, ini bukan pertama kalinya kenaikan suhu rata-rata global melampaui ambang batas 1,5 derajat celsius.
Ambang batas 1,5 derajat celsius pertama kali terlampaui pada Desember 2015. Setelah itu, ambang batas terlampaui lagi pada musim dingin dan musim semi 2016 dan 2020.
Wakil Direktur C3S Samantha Burgess mengatakan, dunia baru saja mengalami rekor terpanas di awal Juni ini.
"Menyusul bulan Mei yang suhunya kurang dari 0,1 derajat celsius lebih dingin dari rekor terpanas Mei sepanjang sejarah," kata Burgess dalam siaran pers C3S, Kamis (15/6/2023).
Baca juga: Terus Mencair, Salju Abadi Puncak Jaya Terancam Musnah Akibat Pemanasan Global
"Pemantauan iklim kita menjadi lebih penting dari sebelumnya untuk menentukan seberapa sering dan berapa lama kenaikan suhu global melebihi 1,5 derajat celsius," imbuhnya.
C3S memantau seberapa sering rata-rata suhu harian global telah melampaui ambang batas.
Akan tetapi, penting untuk dicatat bahwa ambang batas 1,5 derajat celsius yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris belum terlampaui.
Ambang batas tersebut ditetapkan untuk perubahan rata-rata selama 20 sampai 30 tahun, bukan untuk periode waktu yang singkat seperti hari atau bulan.
Baca juga: Pakai AC Bisa Tingkatkan Pemanasan Global, Ini Penjelasannya
Sebelumnya, Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) memprediksi suhu Bumi bakal lebih sering melampaui ambang batas 1,5 derajat celsius dalam lima tahun ke depan.
Melonjaknya suhu bumi melampaui 1,5 derajat celsius dipicu oleh tingginya emisi gas rumah kaca yang memerangkan panas dan peristiwa El Nino yang terjadi secara alami.
WMO menyebutkan dalam rilisnya pada Mei ini bahwa ada kemungkinan 66 persen bahwa rata-rata suhu global dalam satu tahun antara 2023 hingga 2027 akan lebih dari 1,5 derajat celsius.
Baca juga: Jenis-jenis Gas Rumah Kaca dan Penyumbang Terbesarnya, Penyebab Pemanasan Global
Selain itu ada kemungkinan 98 persen persen bahwa setidaknya satu tahun dari lima tahun ke depan akan menjadi tahun terpanas.
Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas mengatakan, laporan dari lembaganya tersebut bukan berarti bumi akan mengalami kenaikan suhu 1,5 derajat celsius secara permanen.
“Namun, WMO membunyikan alarm bahwa kita akan menembus level 1,5 derajat celsius secara sementara dengan frekuensi yang meningkat,” kata Taalas.
Baca juga: Pemanasan Global: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya