KOMPAS.com – Sejumlah ilmuwan menyimpulkan dalam studi mereka bahwa selama 20 tahun, lebih dari setengah lautan di dunia telah berubah warna dari biru menjadi lebih kehijauan.
Penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal Nature pada Rabu (12/7/2023) berjudul "Global climate-change trends detected in indicators of ocean ecology".
Biang keladi utama dari perubahan warna lautan tersebut kemungkinan besar adalah perubahan iklim.
Baca juga: Laporan SDGs 2022: Perlindungan Lautan Masih Hadapi Tantangan Berat
Sekitar 56 persen lautan di seluruh dunia berubah warnanya dari kebiruan menjadi lebih kehijauan karena adanya perubahan ekosistem, khususnya plankton.
Padahal, plankton merupakan inti dari rantai makanan di lautan dan berperan penting dalam menstabilkan atmosfer.
Penulis utama dalam penelitian tersebut, BB Cael dari National Oceanography Centre di Inggris, mengatakan bahwa perubahan warna lautan merupakan peringatan serius.
“Alasan kami peduli dengan perubahan warna adalah karena warna mencerminkan keadaan ekosistem, jadi perubahan warna berarti perubahan ekosistem,” kata Cael kepada AFP.
Baca juga: Darat dan Lautan Catatkan Rekor Terhangat, Upaya Perlawanan Pemanasan Global Dipertanyakan
Dari 56 persen lautan yang warnanya berubah, air laut di kawasan tropis dekat khatulistiwa menjadi yang terlihat.
Salah satu penulis dalam studi tersebut, Stephanie Dutkiewicz dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menuturkan bahwa perubahan warna lautan tersebut cukup mengerikan.
“Dan perubahan ini konsisten dengan perubahan yang disebabkan oleh manusia terhadap iklim kita,” kata Dutkiewicz, sebagaimana dilansir dari CBS News.
Warna lautan adalah refleksi dari apa pun yang terjadi di lapisan atas air.
Baca juga: Mengenal Tujuan 14 SDGs: Ekosistem Lautan
Lautan terlihat biru karena bertindak sebagai filter sinar matahari dan hamburan cahaya, menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOOA).
Bila warna berubah menjadi hijau mengindikasikan adanya aktivitas yang tidak biasanya terjadi. Air yang lebih hijau sebagian besar disebabkan oleh keberadaan fitoplankton.
Sebagian besar perubahan warna lautan tidak begitu tampak bila dilihat secara kasat mata. Oleh karenanya, para peneliti menggunakan data dari satelit kepunyaan NASA, yang memantau warna laut selama 21 tahun terakhir.
Para peneliti menulis bahwa perubahan warna dalam kurun 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa efek perubahan iklim sudah dirasakan di ekosistem mikroba laut permukaan.
Baca juga: Air Laut Naik 9 Cm Hanya dalam 30 Tahun, NASA Tunjukkan Lewat Animasi
“Perubahan warna (laut) mencerminkan perubahan ekosistem plankton, yang akan berdampak pada semua yang memakan plankton,” kata Dutkiewicz.
Perubahan warna laut tersebut juga akan memengaruhi kemampuan lautan dalam menyerap karbon. Pasalnya, masing-masing jenis plankton memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
“Jadi, kami berharap manusia menganggap ini serius. Bukan hanya model yang memprediksi perubahan ini akan terjadi. Sekarang kita bisa melihatnya terjadi, dan lautan sedang berubah,” tutur Dutkiewicz.
Baca juga: Luas Es Laut Antarktika Pecahkan Rekor Terendah pada Juni
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya