KOMPAS.com - Memilih angkutan umum ketimbang mobil pribadi adalah langkah besar untuk mengurangi emisi dan membersihkan kualitas udara.
Tetapi, akan jauh lebih baik lagi bagi lingkungan jika 1.000 orang naik kereta daripada mengendarai 1.000 mobil!
Oleh karena itu, investasi infrastruktur besar-besaran yang terjadi akhir-akhir ini patut diapresiasi sekaligus dikritisi. Mengapa? Bukankah kereta sudah dialiri listrik, sehingga kita tidak perlu menggunakan kereta diesel lagi?
Tunggu dulu, karena pada kenyataannya, belum semua jalur kereta dialiri listrik atau telah menggunakan energi terbarukan.
Baca juga: Percepat Transisi Energi Perlu Kerja Sama Semua Pihak
Di Indonesia, hanya commuter line Jadebodetabek, Solo-Yogyakarta, dan LRT saja yang telah ditenagai listrik, sementara untuk kereta api jarak jauh (KAJJ) masih menggunakan diesel solar.
Sementara di Eropa, hanya rerata sekitar 60 persen jalur kereta yang telah diperbarui atau 4.000 kilometer trek tanpa listrik.
Di Italia misalnya, menurut CEO Hitachi Rail Italy Luca D’Aquila, jalur kereta listrik sekitar 70 persen. Sedangkan di beberapa wilayah lainnya seperti Jerman dan Perancis masih 50 persen.
“Ada pekerjaan besar yang harus dilakukan di Inggris, di mana jumlah elektrifikasinya masih jauh di bawah yakni sekitar 38 persen," jelas Luca, dikutip dari euronews, Jumat (14/7/2023).
Sementara di sisi lain, untuk meningkatkan semua jalur kereta di Eropa, bisa memakan waktu puluhan tahun dan biayanya akan sangat besar. Beberapa jalur regional kecil sepertinya tidak akan pernah melihat investasi semacam itu.
Baca juga: Indonesia Dukung Percepatan Konektivitas Energi di ASEAN
Guna membantu mengurangi emisi, Hitachi Rail mengembangkan kereta tri-brid Masaccio. Ini adalah kereta terbaru berkonsep penggerak fleksibel yang akan beroperasi secara eksklusif dengan baterai-listrik.
Hitachi menyebut Masaccio sebagai "tri-brid" karena dapat dioperasikan secara fleksibel melalui saluran udara, listrik murni atau sebagai hibrida diesel.
Hitachi Rail memproduksi 20 unit pertama Masaccio di pabriknya di Pistoia dekat Florence, Italia. Masaccio diambil dari nama seorang seniman Florentine pada abad ke-15.
Penamaan ini karena alasan basis pembuatan kereta, dan pesanan terbesar Hitachi berasal dari perusahaan kereta Italia, Trenitalia, yang kini menggunakan kereta tersebut di seluruh Italia.
Tahap pertama kereta yang disebut Blues, ini akan diproduksi 20 unit dari total 135 kereta tri-brid, di bawah skema perjanjian kerangka kerja 1,23 miliar Euro atau ekuivalen Rp 20,6 triliun.
Kereta tahap perdana ini dirancang melintasi Sisilia, Sardinia, Calabria, Tuscany, Lazio, dan Friuli Venezia Giulia.
Baca juga: Kereta Cepat Tenaga Surya California Bakal Jadi yang Pertama di Dunia
Hitachi Rail sendiri sudah menggunakan teknologi hibrida diesel-listrik, pada armada Intercity Express Inggris. Nah, peluncuran di Italia ini merupakan pertama kalinya baterai digunakan sebagai sumber daya utama armada kereta untuk penggunaan komersial di seluruh Eropa.
Secara teknologi, tri-brid dapat berjalan di rute mana pun, baik yang dialiri listrik maupun tidak, dengan kecepatan tertinggi 160 kilometer per jam.
Kereta ini menggunakan pantograf untuk menarik daya dari saluran udara. Namun, ketika berpindah ke jalur non-listrik, biasanya rute regional yang lebih kecil, akan menggunakan kombinasi baterai dan tenaga diesel.
Saat berada di dekat stasiun, baterai memberi daya pada kereta sepenuhnya, menghilangkan emisi, termasuk NOx dan polusi suara.
Baterai ini dapat diisi ulang saat kereta beroperasi, baik dalam mode diesel maupun listrik. Selain itu, tenaga ekstra yang ditawarkan oleh baterai onboard dapat mengakselerasi dan kinerja kereta ini lebih unggul dari kereta diesel yang ada, dan memungkinkannya menawarkan pengurangan waktu perjalanan bagi penumpang.
Hitachi Rail sudah merencanakan untuk mengembangkan Masaccio lebih lanjut. Model berikutnya, yang dijadwalkan akan diluncurkan dalam waktu sekitar dua tahun, menggunakan baterai murni listrik dengan jangkauan lebih dari 100 kilometer.
Mengurangi emisi
Luca D'Aquila mengungkapkan, sejak diperkenalkan di Italia, pengurangan emisi telah tercapai sebesar 50 persen.
Baca juga: Pasang Panel Surya di Rumah, Kenali Kelebihan dan Kekurangannya
Namun, seperti halnya mobil listrik, Luca menyadari bahwa tidak ada solusi penguarangan emisi yang sempurna. Dan Hitachi tampaknya telah belajar dari beberapa kesalahan dunia otomotif.
Masaccio pun dibangun dengan logam ultra-ringan. Ini berarti semua kekuatan dan keamanan masih menjadi fokus utama, tetapi dengan bobot tambahan baterai, tidak akan lebih berat dari kereta biasa.
Hitachi juga telah bekerja sama dengan bagian lain di perusahaan induknya untuk menggunakan kembali dan mendistribusikan ulang material di seluruh produk mereka, terutama mineral penting seperti litium.
Luca mengatakan, tujuan utama inovasi kereta Masaccio ini sejatinya adalah pencapaian netralitas iklim. Untuk merealisasikan tujuan itu, pihaknya sedang mengerjakan kereta bertenaga baterai penuh yang diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2030.
Baik dalam produksi tri-brid maupun rangkaian baterai masa depan, Hitachi berencana untuk melakukan retrofit pada banyak model lama mereka guna mengurangi konsumsi bahan mentah.
Baca juga: Indonesia Dukung Interkonektivitas Transmisi Listrik ASEAN
“Selain itu, kami akan mulai menggunakan panel surya di semua kereta untuk memulihkan sebagian besar kebutuhan kami,” jelas Luca, deperti dikutip dari Hitachi Rail.
Perkiraannya, sekitar 70 persen kebutuhan energi akan dapat dipenuhi dengan panel surya, yang berarti terjadi pengurangan sekitar 7.000 ton CO2 per tahun.
Melihat masa depan perubahan iklim, perusahaan juga menguji semua keretanya di ruang iklim yang dibangun khusus dengan menyimulasikan kereta pada suhu dari minus 50 derajat celsius hingga plus 40 derajat celsius.
"Kami mengharapkan, saat dunia berubah, kereta Hitachi tetap beroperasi dan penumpang tetap nyaman," tuntas Luca.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya