KOMPAS.com – Hanya 36,1 persen anak kelas tiga sekolah dasar (SD) di Papua yang memiliki ketrampilan literasi berupa membaca dan memahami isi bacaannya.
Temuan tersebut berdasarkan survei organisasi kemanusiaan Wahana Visi Indonesia (WVI) pada akhir 2022 di Sentani, Biak, Pegunungan Tengah, dan Asmat.
Education Team Leader WVI Marthen S Sambo mengatakan, keempat daerah tersebut merupakan wilayah dampingan WVI.
Baca juga: Kata Nicholas Saputra tentang Literasi Digital dalam Event Budaya
“Dari empat area dampingan WVI, anak-anak di kabupaten Asmat yang keterampilan literasinya paling rendah, hanya 26,5 persen,” kata Marthen dalam siaran pers pada Senin (11/7/2023).
Anak-anak kelas tiga SD di Asmat hanya bisa membaca lima kata dengan benar dalam waktu satu menit. Semestinya, murid kelas tiga SD bisa membaca sampai 80 kata per menit.
Sedangkan di Biak, menurut data WVI pada 2022, baru 40,9 persen anak kelas tiga SD di Biak terampil membaca dan paham isi bacaannya.
Masih rendahnya kemampuan literasi membaca anak kelas 3 SD tersebut disebabkan oleh multi faktor mulai dari keluarga, lingkungan, hingga kurang meratanya pendidikan.
Baca juga: Hanya 36,14 Persen Perempuan Melek Literasi Keuangan Digital
Contohnya adalah kurangnya kuantitas guru di wilayah pedalaman, masih tingginya budanya bertutur lisan dari masyarakat pedalaman, kurangnya akses ke bahan bacaan, dan lain-lain.
Selain itu, tidak semua guru yang ada berstatus sebagai aparatur sipil negara (ASN). Banyak juga guru honorer bahkan sukarelawan yang mengajar di sekolah yang berada di pedalaman.
Hal tersebut berimbas pada kurangnya kualitas pengajaran di sekolah. Contohnya, kurang dari 10 persen guru di Asmat yang melakukan kegiatan literasi dasar di sekolah.
Marthen menuturkan, salah satu fokus pendidikan WVI telah bergerak di Papua sejak 2010 hingga saat ini.
Baca juga: Rilis Gerakan Literasi Bersama, HK Buka Program Donasi Buku
Berkaca pada situasi tersebut, WVI menggelar kampanye literasi bernama Baca Tanpa Batas untuk meningkatkan kemampuan literasi di wilayah dampingannya.
Salah satu upaya dalam Baca Tanpa Batas adalah adanya Kampung Literasi yang merupakan intervensi kolaboratif dari WVI bersama para pemangku kepentingan di kampung.
Para pemangku kepentingan tersebut mulai dari anak, orang tua atau pengasuh, perangkat kampung, institusi keagamaan, masyarakat, dan pemerintah.
Marthen menyampaikan, Kampung Literasi bersifat holistik di mana aktivitas yang paling utama adalah aktivitas literasi.
Baca juga: Capaian Sanitasi Layak di Indonesia, Yogyakarta Paling Atas, Papua Paling Buncit
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya