BANGKA, KOMPAS.com - Alur pelayaran di Muara Air Kantung, Pelabuhan Jelitik, Sungailiat, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung semakin menyempit dan terjadi pendangkalan karena sedimentasi pasir laut.
Sedimentasi yang terus bertambah pada kedua sisi muara kini membentuk gunung pasir yang mengakibatkan aktivitas keluar masuk pelabuhan terhambat.
Bahkan tak jarang nelayan harus menunda keberangkatan hingga pasang air laut karena risiko kandas jika nekat melewati alur muara yang menyempit.
"Kami berharap pemerintah melakukan pengerukan sehingga alur muara Air Kantung kembali lancar," ujar seorang nelayan bernama Ujang (34) di Pelabuhan Jelitik, Sungailiat, Jumat (14/7/2023).
Baca juga: Dampak Industri Penerbangan Terhadap Lingkungan
Ujang menuturkan, aksi massa sempat dilakukan di kantor bupati, agar pengerukan Muara Air Kantung segera dilakukan.
Pengerukan muara bagi nelayan sangat penting karena memperlancar aktivitas dalam mencari ikan.
"Kalau sering terhambat, kami tidak bisa keluar pelabuhan. Artinya penghasilan kami dari nelayan dapat dari mana lagi," ujar Ujang.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kepulauan Bangka Belitung Herman Suhadi menyikapi keluhan masyarakat nelayan dengan mengumpulkan pihak terkait.
"Kita sudah melihat kondisinya sekarang seperti ini perahu nelayan hanya bisa keluar-masuk muara ketika air laut pasang. Sementara hasil tangkapan harus dibawa ke darat untuk dipasarkan secepatnya agar tidak busuk. Paling tidak hari ini kita harus menemukan solusi terbaik. Kasihan pak para nelayan ini," kata Herman saat rapat di Kantor PPN Sungailiat.
Baca juga: Tak Perlu Jadi Aktivis Lingkungan untuk Menjaga Bumi, Terapkan Gaya Hidup Ini
Menurut Herman, sambil menunggu hasil kerja dari tim yang telah dikoordinasikan, dirinya telah memerintahkan Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi sebagai leading sector bersama stakeholder lainnya agar bergotong royong mengambil tindakan apabila dalam waktu dekat terjadi pendangkalan yang menyebabkan perahu nelayan tidak bisa lewat sama sekali.
"Apabila terjadi penutupan alur (pendangkalan) saya mohon dengan hormat kepada Pemprov, PPN dan PT Timah untuk bergotong royong mengatasi hal tersebut seperti yang telah dilakukan beberapa bulan lalu," pintanya.
Untuk itu dirinya berharap agar semua pihak dapat selalu memonitor, sehingga hal-hal yang membuat perahu nelayan tidak dapat keluar-masuk alur muara agar bisa diatasi.
"Niat kita agar para nelayan-nelayan yang ada di Sungailiat khususnya yang beraktifitas di muara air kantung dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan tanpa halangan," harap dia.
Baca juga: Panduan Bikin Rumah Hemat Energi dan Ramah Lingkungan
Sebagaimana diketahui, pengerukan alur muara Air Kantung telah dilakukan berulangkali namun kembali terjadi pendangkalan karena penumpukan sedimentasi pasir laut.
Saat ini pengerukan oleh pemerintah daerah terhenti karena adanya peralihan kewenangan dari kabupaten ke pihak provinsi.
Alhasil pihak ketiga yang ditunjuk melakukan pengerukan juga berubah.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung saat itu Erzaldi Rosman mengeluarkan diskresi bekerja sama dengan Primer Koperasi Angkatan Laut (Primkopal) TNI Angkatan Laut (AL), melakukan pendalaman alur muara sungai Air Kantung, seiring dicabutnya izin operasional PT Pulomas.
Dari sinilah masalah berkembang dan terjadi tuntutan PT Pulomas yang hingga sekarang masih bergulir di pengadilan.
Dampak dari masalah tersebut pengerukan alur terhenti sehingga pendangkalan semakin parah. Sudah tidak terhitung lagi perahu nelayan yang mengalami kandas bahkan pecah di Muara Air Kantung.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya