Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekan Angka Kasus TBC, Phapros Luncurkan Pro TB 2 Daily Dose

Kompas.com, 14 Juli 2023, 21:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – PT Phapros Tbk yang merupakan bagian dari Holding BUMN Farmasi meluncurkan salah satu produk barunya, yakni Pro TB 2 Daily Dose. Produk ini memiliki bentuk sediaan kaplet salut selaput dan ditujukan untuk pasien TBC.

Peluncuran produk ini merupakan salah satu bentuk komitmen untuk menekan angka TBC di Indonesia dan sekaligus elengkapi varian obat antituberkulosis yang dimiliki Phapros.

Direktur Utama PT Phapros Tbk Hadi Kardoko mengatakan, Pro TB 2 Daily Dose merupakan pengembangan internal emiten berkode saham PEHA ini.

Formulanya sudah disempurnakan dibanding Pro TB 2 sebelumnya dan diharapkan dengan adanya pengembangan formula ini bisa meningkatkan kepatuhan pasien TBC untuk meminum obat karena dapat diminum satu kali setiap hari.

Baca juga: Investasi Kader Kesehatan Jadi Kunci Menekan Stunting, 90 Persen Belum Terlatih

"Sedangkan, formula sebelumnya harus diminum tiga kali seminggu, dan secara bertahap ke depannya produk Pro TB 2 Daily Dose ini akan menggantikan versi pendahulunya” terang Hadi, Jumat (14/7/2023).

Hadi menambahkan, dengan diluncurkannya Pro TB 2 Daily Dose ini juga sekaligus menunjukkan komitmen Phapros untuk menekan angka TBC Indonesia yang berada di peringkat 2 dunia setelah India dengan kasus tertinggi.

Hadi mengeklaim, produk Phapros memiliki kekuatan di banyak kelas terapi, salah satunya adalah obat antituberkulosis.

"Sebagai bentuk dukungan kami terhadap penurunan angka TBC di Tanah Air, kami memiliki rangkaian produk obat antituberkulosis yang cukup lengkap dan khusus Pro TB 2 Daily Dose ini kami menargetkan penjualan sebanyak lebih dari sebelas ribu unit box hingga akhir tahun ini,” jelasnya.

Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Banyuwangi Ririek Parwitasari menjelaskan, TBC adalah penyakit yang ditularkan lewat percikan dahak.

Baca juga: Siap-siap, Cek Kesehatan Berkala Rencananya Bisa di Posyandu

Seseorang dengan mycobacterium positif dalam dahaknya bisa menularkan ke 20 orang di sekitarnya. Sangat penting seorang penderita TBC berobat rutin sampai tuntas untuk kepentingan dirinya maupun orang sekitarnya.

“Tujuan pengobatan TBC adalah memutus sumber infeksi, menyembuhkan pasien, mencegah kematian karena TBC. Diprediksi ada 16 kematian tiap jam karena TBC di dunia,” ucap Ririek.

Adanya kasus HIV dan diabetes melitus makin meningkatkan penderita TBC di Indonesia.

Menurut Ririek, tidak perlu diragukan lagi adalah tugas kita semua untuk menurunkan angka kesakitan karena TBC. Tahun 2030 dicanangkan Indonesia bebas TBC.

"Bukan semata harapan tapi harus berusaha kita wujudkan. Berbagai upaya terus dilakukan dengan pengobatan, pencarian kasus bahkan obat pencegah yang diberikan pada orang sehat yang kontak erat dengan pasien TBC,” tutur dokter spesialis paru tersebut.

Baca juga: Kesehatan Mental Penting untuk Kehidupan Berkelanjutan

Saat ini juga banyak ditemukan kasus TBC resisten obat. Belum pula ditemukan vaksin untuk mencegah TBC yang lebih mumpuni dari yang telah ada saat ini.

“Masih perlu banyak penelitian untuk mengurangi, mencegah TBC. Tidak hanya tugas nakes tapi juga anggota masyarakat lainnya,” tutupnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
LSM/Figur
Kemenhut Hentikan Sementara Pengangkutan Kayu di Sumatera, Cegah Peredaran Ilegal
Kemenhut Hentikan Sementara Pengangkutan Kayu di Sumatera, Cegah Peredaran Ilegal
Pemerintah
Kukang dan Trenggiling Dilepasliar ke Hutan Batang Hari Jambi
Kukang dan Trenggiling Dilepasliar ke Hutan Batang Hari Jambi
Pemerintah
Cerita Usaha Kerupuk Sirip Ikan Tuna di Bali, Terhambat Cuaca Tak Tentu
Cerita Usaha Kerupuk Sirip Ikan Tuna di Bali, Terhambat Cuaca Tak Tentu
LSM/Figur
Survei HSBC: 95 Persen CEO Anggap Transisi Iklim Peluang Pertumbuhan Bisnis
Survei HSBC: 95 Persen CEO Anggap Transisi Iklim Peluang Pertumbuhan Bisnis
Pemerintah
Ketika Lingkungan Menjadi Tanggung Jawab Bersama
Ketika Lingkungan Menjadi Tanggung Jawab Bersama
Pemerintah
Suhu Harian Makin Tidak Stabil, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Suhu Harian Makin Tidak Stabil, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Melawan Korupsi Transisi Energi
Melawan Korupsi Transisi Energi
Pemerintah
KLH Sebut Banjir Sumatera Jadi Bukti Dampak Perubahan Iklim
KLH Sebut Banjir Sumatera Jadi Bukti Dampak Perubahan Iklim
Pemerintah
Terumbu Karang Terancam Dikuasai Alga Tahun 2100 akibat Pengasaman Laut
Terumbu Karang Terancam Dikuasai Alga Tahun 2100 akibat Pengasaman Laut
LSM/Figur
Tekan Emisi, Anak Usaha TAPG Olah Limbah Cair Sawit Jadi Listrik dan Pupuk Organik
Tekan Emisi, Anak Usaha TAPG Olah Limbah Cair Sawit Jadi Listrik dan Pupuk Organik
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau