JAKARTA, KOMPAS.com – PT Phapros Tbk yang merupakan bagian dari Holding BUMN Farmasi meluncurkan salah satu produk barunya, yakni Pro TB 2 Daily Dose. Produk ini memiliki bentuk sediaan kaplet salut selaput dan ditujukan untuk pasien TBC.
Peluncuran produk ini merupakan salah satu bentuk komitmen untuk menekan angka TBC di Indonesia dan sekaligus elengkapi varian obat antituberkulosis yang dimiliki Phapros.
Direktur Utama PT Phapros Tbk Hadi Kardoko mengatakan, Pro TB 2 Daily Dose merupakan pengembangan internal emiten berkode saham PEHA ini.
Formulanya sudah disempurnakan dibanding Pro TB 2 sebelumnya dan diharapkan dengan adanya pengembangan formula ini bisa meningkatkan kepatuhan pasien TBC untuk meminum obat karena dapat diminum satu kali setiap hari.
Baca juga: Investasi Kader Kesehatan Jadi Kunci Menekan Stunting, 90 Persen Belum Terlatih
"Sedangkan, formula sebelumnya harus diminum tiga kali seminggu, dan secara bertahap ke depannya produk Pro TB 2 Daily Dose ini akan menggantikan versi pendahulunya” terang Hadi, Jumat (14/7/2023).
Hadi menambahkan, dengan diluncurkannya Pro TB 2 Daily Dose ini juga sekaligus menunjukkan komitmen Phapros untuk menekan angka TBC Indonesia yang berada di peringkat 2 dunia setelah India dengan kasus tertinggi.
Hadi mengeklaim, produk Phapros memiliki kekuatan di banyak kelas terapi, salah satunya adalah obat antituberkulosis.
"Sebagai bentuk dukungan kami terhadap penurunan angka TBC di Tanah Air, kami memiliki rangkaian produk obat antituberkulosis yang cukup lengkap dan khusus Pro TB 2 Daily Dose ini kami menargetkan penjualan sebanyak lebih dari sebelas ribu unit box hingga akhir tahun ini,” jelasnya.
Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Banyuwangi Ririek Parwitasari menjelaskan, TBC adalah penyakit yang ditularkan lewat percikan dahak.
Baca juga: Siap-siap, Cek Kesehatan Berkala Rencananya Bisa di Posyandu
Seseorang dengan mycobacterium positif dalam dahaknya bisa menularkan ke 20 orang di sekitarnya. Sangat penting seorang penderita TBC berobat rutin sampai tuntas untuk kepentingan dirinya maupun orang sekitarnya.
“Tujuan pengobatan TBC adalah memutus sumber infeksi, menyembuhkan pasien, mencegah kematian karena TBC. Diprediksi ada 16 kematian tiap jam karena TBC di dunia,” ucap Ririek.
Adanya kasus HIV dan diabetes melitus makin meningkatkan penderita TBC di Indonesia.
Menurut Ririek, tidak perlu diragukan lagi adalah tugas kita semua untuk menurunkan angka kesakitan karena TBC. Tahun 2030 dicanangkan Indonesia bebas TBC.
"Bukan semata harapan tapi harus berusaha kita wujudkan. Berbagai upaya terus dilakukan dengan pengobatan, pencarian kasus bahkan obat pencegah yang diberikan pada orang sehat yang kontak erat dengan pasien TBC,” tutur dokter spesialis paru tersebut.
Baca juga: Kesehatan Mental Penting untuk Kehidupan Berkelanjutan
Saat ini juga banyak ditemukan kasus TBC resisten obat. Belum pula ditemukan vaksin untuk mencegah TBC yang lebih mumpuni dari yang telah ada saat ini.
“Masih perlu banyak penelitian untuk mengurangi, mencegah TBC. Tidak hanya tugas nakes tapi juga anggota masyarakat lainnya,” tutupnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya