KOMPAS.com – Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB atau UNESCO memperkirakan bahwa sejauh ini masih ada 2 miliar orang di seluruh dunia yang tidak mendapatkan akses air minum yang aman.
Selain itu, 3,6 miliar orang di seluruh dunia diperkirakan tidak mendapatkan akses sanitasi layak yang dikelola dengan aman.
Di sejumlah wilayah, seperti sebagain Timur Tengah dan Afrika Utara, mengalami kelangkaan air yang parah.
Baca juga: IDI dan Le Minerale Gelar Edukasi Manfaat Air Mineral Berkualitas
Banyak ahli memperkirakan bahwa separuh populasi dunia dapat menghadapi kekurangan air pada 2025 jika kita gagal membatasi konsumsi dan menekan limbah.
Beberapa wilayah di India dan Asia sudah menghadapi kelangkaan air yang ekstrem. Sejumlah persediaan air tanah habis.
Banyak negara di Benua Afrika juga berjuang dengan kurangnya infrastruktur dan ketersediaan air bersih.
Saat krisis iklim memburuk, negara-negara di wilayah tersebut akan menghadapi lebih banyak kelangkaan air daripada saat ini.
Air adalah unsur terpenting dari kehidupan seluruh makhluk, terutama manusia. Kelangkaan air dapat menyebabkan sejumlah dampak yang mengancam kehidupan.
Dilansir dari Earth.org, berikut lima dampak kekurangan air terhadap kehidupan.
Baca juga: Laporan SDGs 2022: Miliaran Orang Masih Kekurangan Akses Air Bersih dan Sanitasi Layak
Kelangkaan air sangat berdampak terhadap kesehatan sekaligus berdampak buruk terhadap sanitasi.
Kurangnya air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak menyebarkan penyakit. Dilaporkan ada jutaan kematian setiap tahunnya terkait dengan sumber air yang tidak aman dan sanitasi yang buruk.
Kelangkaan air juga sangat berdampak pada produksi pangan dan pertanian.
Sebagian besar air tawar dunia digunakan untuk irigasi tanaman pertanian dan kekurangan air akan langsung menyebabkan kekurangan pangan.
Baca juga: Air Laut Naik 9 Cm Hanya dalam 30 Tahun, NASA Tunjukkan Lewat Animasi
Migrasi massal dan konflik manusia juga merupakan konsekuensi dari kelangkaan air yang parah.
Kelangkaan air dapat membuat populasi di suatu daerah berpindah dan menyebabkan krisis pengungsi karena mereka pindah untuk menemukan kondisi yang lebih layak huni.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya