KOMPAS.com – Kehadiran berbagai teknologi di era modern semakin memudahkan kehidupan dan aktivitas manusia.
Contohnya, setelah ada kendaraan bermotor dan infrastruktur jalan yang layak, menempuh jarak puluhan bahkan ratusan kilometer menjadi hal yang biasa.
Kehadiran berbagai peranti elektronik juga menunjang kebutuhan manusia modern yang bergerak cepat dari waktu ke waktu.
Baca juga: Energi Ramah Lingkungan Pengaruhi Keberlanjutan Bisnis Jangka Panjang
Akan tetapi, berbagai kemudahan tersebut rupanya memiliki dampak buruk kepada lingkungan jika dilakukan di luar batas.
Tanpa disadari, beberapa aktivitas yang telah menjadi kebiasaan manusia sehari-hari secara perlahan merusak lingkungan.
Dilansir dari Conserve Energy Future, berikut enam kebiasaan manusia yang ternyata berdampak buruk kepada lingkungan.
Menggunakan kendaraan bermotor pribadi adalah salah satu kebiasaan manusia untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
Kehadiran kendaraan bermotor pribadi membuat pemiliknya memiliki fleksibilitas waktu yang sangat tinggi dan bisa bergerak kapan pun serta ke mana pun mereka mau.
Akan tetapi, semakin banyak orang yang menggunakan kendaraan bermotor pribadi, semakin banyak pula polusi yang dihasilkan. Dan itu membuat lingkungan semakin tercemar.
Salah satu solusi mengurangi dampak polusi dari kendaraan pribadi adalah menggunakan seoptimal mungkin transportasi umum yang ada untuk beraktivitas.
Baca juga: 5 Cara Memulai Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Baterai mengandung jejak merkuri dan bahan kimia beracun lainnya. Jika dibuang secara tidak benar dan berakhir ke alam, dapat memengaruhi satwa liar dan kehidupan.
Sementara itu, cartridge tinta memiliki efek yang lebih beracun terhadap lingkungan bila tidak dibuang dengan benar.
Setiap tahun, jutaan cartridge tinta berakhir di tempat pembuangan sampah yang meracuni tanah dan semakin merusak lingkungan.
Barang-barang yang dijual di toko kebanyakan dikemas dalam wadah plastik. Selain itu, sebagian besar kantong belanjaan juga merupakan kantong plastik.
Secara statistik, kemasan makanan menyumbang hampir 70 persen dari semua sampah dan limbah rumah tangga yang akhirnya berakhir di tempat pembuangan sampah.
Plastik merupakan polutan utama bagi lingkungan karena tidak dapat terurai secara alami hingga ribuan tahun.
Semakin banyak plastik yang dibuang ke tempat pembuangan sampah, semakin banyak pula dampak buruk yang diterima lingkungan.
Baca juga: Mayora Raih Penghargaan Tertinggi dari BPOM soal Keberlanjutan Lingkungan
Salah satu adab dan kesopanan saat makan adalah menghabiskan makanan yang ada di piring. Adab tersebut rupanya memiliki nilai yang sangat tinggi.
Bila makanan tidak dihabiskan, maka akan terbuang. Jika sisa makanan terbuang begitu saja ke tempat terbuka, lama-lama akan melepaskan gas metana.
Gas metana ini merupakan salah satu gas rumah kaca (GRK) yang memiliki efek merusak lebih besar dibandingkan karbon dioksida.
Kertas digunakan setiap hari oleh manusia dalam berbagai bentuk. Contohnya antara lain penggunaan tisu di dapur, buku, dan di media cetak untuk bacaan kita sehari-hari.
Sebagaimana kita ketahui, kertas itu terbuat dari pohon. Jika kebutuhan meningkat, akan lebih banyak pohon yang ditebang.
Tingginya penebangan pohon akan memicu semakin parahnya deforestasi dan berdampak buruk kepada Bumi.
Jumlah energi yang digunakan untuk menjerang air menggunakan kompor listrik atau memanaskan air dengan peralatan listrik lebih besar bila dibandingkan dengan gas elpiji.
Jika sumber listriknya berasal dari bahan bakar fosil seperti batu bara, maka emisi yang dihasilkan lebih tinggi bila dibandingkan dengan gas.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya