Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/08/2023, 06:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Rokok elektrik atau vape disebut-sebut sebagai alternatif yang lebih sehat untuk menggantikan rokok tembakau. Benarkah demikian?

Faktanya, di Inggris tengah terjadi pro-kontra, apakah rokok elektronik ini akan dilarang. Sebab ada kekhawatiran yang meningkat tentang dampak kesehatan dan lingkungan dari rokok elektrik ini.

Menurut studi Material Focus, organisasi daur ulang limbah elektronik, lebih dari 1,3 juta vape sekali pakai dibuang setiap minggu. 

Rata-rata, vape mengandung 0,15 gram lithium. Ini artinya ada tambahan hingga 10 ton lithium per tahun atau setara dengan lithium dalam baterai pada 1.200 kendaraan listrik.

Baca juga: Raih Dana Hibah Transform, Alner Kurangi 1.300 Kilogram Sampah Plastik

“Polusi vape adalah masalah besar saat ini bagi lingkungan,” kata Direktur Eksekutif Material Focus, Scott Butler.

Selain lithium, rokok elektrik sekali pakai juga mengandung berbagai macam bahan seperti aluminium, dan stainless steel, semua bahan yang dapat digunakan untuk fungsi lain seperti membuat mobil. Rokok ini juga dilapisi plastik.

Oleh karena itu, Pemerintah Inggris akan mengusulkan rencana untuk menangani pembuangan vape sebelum akhir tahun 2023, sebagai bagian dari reformasi peraturan e-waste yang lebih luas.

Meskipun ada beberapa antusiasme untuk larangan vape sekali pakai di antara anggota parlemen, pemerintah tidak mungkin melakukan sepenuhnya perubahan Peraturan Peralatan Listrik dan Elektronik Limbah (WEEE).

Yang lebih mungkin dilakukan adalah langkah-langkah baru untuk membuat produsen merancang produk mereka dengan lebih baik dan melakukan daur ulang dengan benar.

Baca juga: 10 Negara dengan Pengelolaan Sampah Terbaik

Namun sayangnya, para pelaku industri rokok elektrik ini mengabaikan kewajiban mereka untuk mendaur ulang produknya.

"Produsen, importir, dan pengecer vape sekali pakai telah menghindari kewajiban hukum dan keuangan mereka yang jelas seputar pengambilan dan daur ulang,” kata CEO Green Wings Project Kwok Yan Man.

Mengapa vape sangat sulit untuk didaur ulang?

Material Focus menyebut, sebanyak 75 persen pengguna di Inggris mengakui mereka 'tidak pernah' mendaur ulang perangkat bekas vape.

Alasannya, sulit untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dengan rokok elektrik sekali pakai yang terbuat dari baterai lithium yang terpasang pada kartrid dan terbungkus plastik.

Baca juga: Pengolahan Sampah AMDK Le Minerale Diapresiasi Kementerian LHK

Saat baterai dan papan sirkuitnya rusak, vape melepaskan bahan kimia beracun ke lingkungan sekitar, sementara cangkangnya berubah menjadi mikroplastik berbahaya.

Jika rusak saat dibuang, baterai litium dapat menyebabkan kebakaran di pabrik pembuangan limbah atau tempat pembuangan akhir (TPA).

Dan bukan hanya vape yang menghabiskan ruang di TPA dan merusak lingkungan. Tidak mendaur ulang lithium dan bagian berharga lainnya seperti tembaga di dalamnya juga merupakan jenis pemborosan mengingat permintaan akan logam ini di dunia terus meningkat.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau