KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan varietas padi yang mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi iklim ekstrem guna mendukung ketahanan pangan di Indonesia.
Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Yudhistira Nugraha mengatakan, varietas baru itu masih sedang tahap pengujian dan belum dilepas ke pasar.
Dilansir dari Antara, Senin (28/8/2023), padi varietas baru tersebut diharapkan bisa dilepas dalam dua tahun mendatang.
Baca juga: Entaskan Anak Putus Sekolah, Yayasan Bulir Padi Rilis Beasiswa Muda Mandiri
Sebelumnya, Kementerian Pertanian telah melepas dan menyediakan varietas padi tahan kekeringan.
Contohnya adalah Inpari 38 tadah hujan, Inpari 39 tadah hujan, Cakrabuana, Padjdajaran, dan Inpari 42.
Berbeda dengan varietas yang disediakan Kementerian Pertanian, Yudhistira menuturkan, varietas padi yang saat ini diuji tidak hanya tahan kekeringan, tetapi juga multitoleran terhadap cekaman lingkungan lainnya seperti banjir dan salinitas.
BRIN saat ini masih melakukan konfirmasi toleransi kekeringan fase bibit. Selain di lahan persawahan, periset juga melakukan uji terhadap fase bibit kondisi terkontrol di rumah kaca.
Baca juga: BRIN Siap Gandeng Ady, Petani Padi di Lahan Bekas Tambang Bauksit
"Kami menggabungkan gen dengan seleksi molekuler tidak hanya tahan kekeringan tapi juga tahan salinitas dan kebanjiran. Pengujian fase generatif sedang dilakukan penelitiannya," kata dia.
Varietas padi tahan iklim tersebut oleh BRIN sedang sedang diuji di sawah dataran rendah di kawasan Jawa Barat. Namun dia enggan menyebutkan detail lokasinya.
Lahan uji itu dipilih karena mewakili kondisi lahan umumnya pada sentra-sentra produksi padi di Pulau Jawa.
Yudhistira mengungkapkan, ada tantangan berat terkait penyediaan pangan di masa depan karena luas lahan yang bisa ditanami semakin sempit.
Baca juga: Jadi Percontohan, Warga Tanam Padi di Lahan Bekas Tambang Bauksit
Menurutnya, sistem pertanian di Indonesia harus dikelola secara modern melalui penyediaan bibit atau varietas yang berkualitas.
Selan itu, diperlukan teknologi budidaya yang lebih presisi, efisien, dan ramah lingkungan yang dapat diaplikasikan oleh para petani di Indonesia.
"Diversifikasi pangan juga perlu digalakkan dari sisi produksi melalui pergiliran komoditas tanaman pangan lainnya non-padi (sorgum, jagung, serealia lainnya dan kacang-kacangan)," kata dia.
Dari sisi sosial, kata Yudhistira, perlu rekayasa sosial agar orang Indonesia mengurangi konsumsi beras dan beralih pada penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal.
"Sehingga pasokan pangan nasional tetap terjaga serta mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan," tuturnya.
Baca juga: Singkong dan Sekam Padi, Material Bangunan Sekolah Ramah Lingkungan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya