JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan layanan kesehatan bagi pasien hemofilia, Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) dan Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) Provinsi Jawa Barat menggelar workshop bertajuk “Alur Rujukan dan Pembiayaan Pelayanan Hemofilia di Jawa Barat”, Sabtu (2/9/2023).
Untuk diketahui, hemofilia merupakan penyakit gangguan perdarahan, di mana darah sulit membeku dengan baik. Penderita hemofilia memiliki risiko perdarahan berlebihan, bahkan dari luka kecil sekali pun.
Berdasarkan data dari World Federation of Hemophilia dalam Report on the Annual Global Survey 2021, hingga tahun 2021, Indonesia mencatat 2.939 pasien hemofilia.
Baca juga: Tidak Perlu Malu, Jalan-jalan Sendirian Ternyata Baik untuk Kesehatan Mental
Kegiatan workshop yang berfokus pada pembahasan terkait tata laksana layanan dan pembiayaan serta akses dan diagnosis awal penyakit hemofilia ini diselenggarakan bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, dan didukung oleh PT Pfizer Indonesia.
Ketua PHTDI Indra Wijaya mengatakan, sebagai salah satu asosiasi profesi yang berfokus pada hemofilia dan transfusi darah, merupakan komitmen PHTDI untuk turut berupaya dalam meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap penyakit hemofilia dan akses pasien.
"Kami berharap dialog ini dapat meningkatkan perhatian terhadap penyakit hemofilia, yang merupakan penyakit pada urutan nomor 7 dengan pembiayaan tertinggi di BPJS Kesehatan," ujar Indra dalam keterangan resmi, Senin (4/9/2023).
Acara yang bertempat di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat ini dihadiri oleh lebih dari 100 peserta yang merupakan perwakilan dari berbagai organisasi tingkat kabupaten dan kota se-Jawa Barat, termasuk HMHI, Dinas Kesehatan, BPJS Kesehatan, rumah sakit, dan Puskesmas.
Baca juga: Kesehatan Mental Ibu Pengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Raden Vini Adiani Dewi menyampaikan pentingnya dialog antar-pemangku kepentingan dalam upaya meningkatkan akses layanan bagi pasien hemofilia.
“Kami berharap workshop ini dapat menjadi forum diskusi antar- pemangku kepentingan untuk memperkuat pelaksanaan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tata Laksana Hemofilia yang telah dikeluarkan oleh pemerintah sehingga kualitas hidup penderita hemofilia, khususnya di Jawa Barat, dapat terus meningkat,” tutur Vini.
Senada dengan Vini, Medical Director PT Pfizer Indonesia Richard Santoso memastikan Pfizer Indonesia akan terus mendukung kegiatan ini, karena sejalan dengan upaya promotif dan preventif untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, termasuk untuk penyakit hemofilia.
"Kami yakin kolaborasi yang baik antar-pemangku kepentingan akan dapat menciptakan solusi dalam meningkatkan layanan kesehatan yang berkualitas bagi pasien hemofilia," imbuhnya.
Forum workshop ini diakhiri dengan penyampaian kerangka aksi bersama oleh para peserta, yang diharapkan dapat terus mendukung penderita hemofilia dan keluarga mereka.
Selain itu juga melanjutkan upaya untuk meningkatkan akses terhadap perawatan yang tepat dan informasi yang akurat mengenai penyakit hemofilia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya