KOMPAS.com - Adopsi motor listrik di Indonesia berkembang pesat. Selama dua tahun, dari 2020 hingga 2022, penggunaan motor listrik di Indonesia meningkat 15 kali lipat.
Hal tersebut terungkap berdasarkan hasil riset mengenai kendaraan listrik bertajuk An Electric Revolution: The Rise of Indonesia's E-Motorcycle yang dilakukan oleh Deloitte Indonesia dan Foundry.
Menurut riset tersebut, jumlah motor listrik di Indonesia pada 2022 sudah mencapai 25.782 unit dari total keseluruhan kendaraan listrik yakni 33.461 unit.
Baca juga: Komunitas Startup Teknologi Bersih Sambut Perluasan Subsidi Motor Listrik
Sebagai negara dengan jumlah sepeda motor terbanyak ketiga di dunia, industri motor listrik di Indonesia menunjukkan peluang besar.
Peluang motor listrik di Indonesia diperkirakan mencapai 19,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 294 triliun baik dari sudut pandang produsen maupun distribusi energi.
Pemerintah sendiri menargetkan ada 13,5 juta motor listrik dari total 15,7 unit kendaraan listrik yang mengaspal di jalanan pada 2030.
Untuk mencapai target tersebut, diperlukan peningkatan 524 kali lipat bila dibandingkan realisasi adopsi motor listrik pada 2022.
Baca juga: Ini Tantangan Program Konversi Motor Listrik Menurut Kementerian ESDM
Director of Research Foundry Erwin Arifin menyampaikan, riset tersebut bertujuan untuk memetakan perkembangan dan peluang industri motor listrik di Indonesia.
"Sebagai ekosistem platform, kami melihat sinergi yang solid sangat dibutuhkan untuk bersama-sama memecahkan masalah, memberikan solusi, dan memajukan perkembangan industri motor listrik di Indonesia," kata Erwin dalam siaran pers, Selasa (12/9/2023).
Di sisi lain, riset tersebut mengungkapkan ada beberapa hambatan yang menyebabkan masyarakat masih ragu untuk beralih ke motor listrik.
Pertama, distribusi infrastruktur yang tidak memadai. Contohnya kurang tersebarnya stasiun pengisian daya dan durasi pengisian daya.
Baca juga: Layanan Uji Motor Listrik Hasil Konversi, Hadir di 25 BPTD
Kedua, harga motor listrik yang masih mahal. Baterai merupakan komponen paling mahal, 45,13 persen dari harganya.
Ketiga, keandalan motor listrik. Sepeda motor telah menjadi pilihan utama moda transportasi menjadi bagi masyarakat dan keluarga berpenghasilan menengah ke bahwa.
Faktor keandalan seperti jarak mengemudi, durasi pengisian daya, dan kecepatan mengakibatkan mereka masih ragu untuk beralih ke motor listrik.
Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Agus Tjahajana mengakui masih ada beberapa hambatan motor listrik yang ditemui seperti standarisasi baterai dan jarak tempuh yang terbatas.
Baca juga: inDrive Berdayakan Ojol Lewat Program Rent to Own Motor Listrik
"Tetapi bila diperkuat dengan sistem swapping (penukaran) baterai tentu akan bisa mempercepat transisi dan adopsi motor listrik," tutur Agus.
Agus menuturkan, perlu adanya stasiun penukaran baterai yang tersebar di berbagai titik untuk kenyamanan pengguna.
"Kita tidak dapat membandingkan motor listrik dengan motor bensin yang sudah ada sejak 40 tahun yang lalu," ujarnya.
Nindito Reksohadiprodjo dari Deloitte Indonesia berharap, tersebut dapat membantu para pemangku kepentingan untuk menavigasi pertumbuhan industri motor listrik.
"Karena peralihan ke mobilitas listrik tidak hanya mengatasi tantangan mobilitas perkotaan tetapi juga berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan," ujarnya.
Baca juga: Begini Strategi Pemerintah Percepat Program Konversi Motor Listrik
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya