Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurang dari Separuh Warga Asia Tenggara Yakini Perubahan Iklim Ancaman Serius Bagi Negara

Kompas.com - 22/09/2023, 08:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Kurang dari separuh penduduk di Asia Tenggara yang meyakini bahwa perubahan iklim merupakan ancaman bagi kesejahteraan negaranya.

Hal tersebut terungkap berdasarkan survei tahunan terbaru yang dilakukan SEAS - Yusof Ishak Institute yakni "Southeast Asia Climate Outlook: 2023 Survey Report".

Menurut survei, 49,4 persen responden Asia Tenggara meyakini perubahan iklim merupakan ancaman langsung bagi kesejahteraan negaranya.

Baca juga: Presiden Jokowi Ingatkan, Hati-hati Ancaman Perubahan Iklim

Angka tersebut menurun bila dibandingkan 2021, yakni 68,8 persen responden Asia Tenggara meyakini perubahan iklim merupakan ancaman langsung bagi kesejahteraan negaranya.

"Namun terdapat jumlah responden yang hampir sama (41,9 persen) yang memandang perlunya memantau perubahan iklim," bunyi laporan tersebut.

Dalam pidatonya pada diskusi panel mengenai laporan tersebut pada Kamis (21/9/2023), Menteri Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, dan Perubahan Iklim Malaysia Nik Nazmi Nik Ahmad mengatakan, temuan tersebut akan menimbulkan banyak tanggapan.

"Alasannya masih bisa diperdebatkan – mungkin ini mencerminkan isu-isu penting yang sedang diangkat di seluruh Asia Tenggara – terutama mengingat pandemi Covid-19 dan pemulihan yang sedang berlangsung," ujarnya, sebagaimana dilansir dari Channel News Asia.

Baca juga: X Platorm Paling Buruk soal Penyebaran Misinformasi Perubahan Iklim

Nik menambahkan survei ini merupakan tanda bahwa pemerintah, media, dan akademisi harus bekerja lebih keras untuk menyuarakan aksi iklim yang semakin mendesak.

Survei tersebut dilakukan selama empat pekan dari Juli hingga Agustus tahun ini.

Jumlah responden yang dilibatkan dalam survei tersebut mencakup 2.225 orang dari 10 negara di Asia Tenggara.

Di sisi lain, laporan ini mencatat bahwa para responden mengkhawatirkan ketahanan pangan.

Baca juga: Usung Isu Perubahan Iklim, Kedubes Italia Gelar Lokakarya I ACT

Tujuh dari 10 responden menyampaikan keprihatinan besar mengenai ketersediaan dan keterjangkauan pangan akibat dampak iklim dalam tiga tahun ke depan.

Lebih dari 40 persen responden di Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Filipina juga merasa prihatin atas penurunan tangkapan ikan yang disebabkan oleh pemanasan laut dan cuaca yang tidak dapat diprediksi.

Berdasarkan survei, banjir (79,0 persen), gelombang panas (51,4 persen), dan kekeringan (47,6 persen) diidentifikasi sebagai dampak iklim yang paling banyak memengaruhi sektor pertanian.

Untuk mengatasi masalah ketahanan pangan global, survei ini menemukan responden meminta pemerintah harus memprioritaskan berbagai strategi.

Baca juga: Kereta Api Diklaim Mampu Atasi Risiko Perubahan Iklim

Strategi tersebut seperti metode pertanian adaptif iklim (67,2 persen), peningkatan produksi pangan dalam negeri (56,6 persen), dan investasi pertanian pangan (63,9 persen).

"Atribusi tanggung jawab terbesar terhadap perubahan iklim masih condong ke pemerintah nasional," tulis laporan tersebut.

"Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat ASEAN sangat berharap pemerintah nasional ada di garis depan dalam mengartikulasikan visi dan peraturan iklim yang lebih jelas bagi perekonomian mereka," sambungnya.

Baca juga: Dunia Hampir Kehabisan Waktu Melawan Perubahan Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

LSM/Figur
PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

Pemerintah
BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah
Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Pemerintah
IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

Swasta
WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

LSM/Figur
Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Pemerintah
Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Pemerintah
5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

Pemerintah
UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

Pemerintah
Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

LSM/Figur
Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

LSM/Figur
90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Pemerintah
Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

LSM/Figur
Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau