Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indosat Terobos Area "Blank Spot" hingga Perbatasan Timor Leste

Kompas.com - 22/09/2023, 15:00 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Terik mentari terasa panas, meski baru pukul 08.00 Wita. Angin bertiup kencang menerbangkan dedaunan kering berwarna cokelat. Saya keluar dari rumah mertua yang berada di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Oeba, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (18/9/2023).

Tujuan saya mencoba kekuatan sinyal kartu Im3 dan 3 milik Indosat yang merupakan operator jaringan seluler di Indonesia. Sejumlah rute perjalan pun sudah tercatat.

Rutenya cukup jauh, mengelilingi wilayah Pulau Timor Barat, yang meliputi Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Belu, yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste. Jarak tempuhnya hingga ratusan kilometer.

Dua kartu berukuran mungil sudah terpasang pada gawai pintar buatan China milik saya. Rute pertama masih di seputar Kota Kupang.

Mengendarai mobil Low Cost Green Car (LCGC) pabrikan Jepang beroda kecil, saya mulai bergerak menuju rumah di Perumahan Sahabat Permai, Kelurahan Naioni, Kecamatan Alak, Kota Kupang. Dari Kelurahan Oeba, jaraknya sekitar 9,3 kilometer di bagian selatan.

Saya memilih rute pertama di Naioni, karena pengalaman menggunakan kartu dari salah satu provider ternama di Tanah Air selama belasan tahun, susah untuk mengakses telepon, apalagi internet saat berada di dalam rumah. Padahal areanya masih di dalam Kota Kupang.

Yang tertera di layar gawai pintar, kecepatan internet dengan sinyal bar simbol G, E dan H. Ketiganya muncul bergantian, tergantung posisi kita dalam rumah.

Untuk bisa mengakses internet dan telepon, saya harus nekat naik ke atap rumah. Tentunya itu berisiko besar terpeleset, bahkan digigit serangga atau ular. Maklum, rumah saya berada dekat hutan.

Kondisi saat ini berbeda ketika dua kartu Indosat itu menancap erat. Sinyal 4G penuh. Saya bebas berselancar internet di dalam maupun luar rumah dengan nyaman. Tentunya juga harus ada paket data.

Beruntung, saya masih punya cadangan yang memadai. Kartu 3 masih ada 25 Gigabita (GB) dan IM3 masih tersisa 12,5 GB. Cukuplah untuk nonton YouTube berhari-hari.

Dari Naioni, saya mulai bergerak ke arah timur, Kabupaten Kupang melewati Jalur 40, Jembatan Petuk, Penfui hingga kilometer 12 Kelurahan Lasiana.

Kondisi jalan beraspal sepanjang Kota Kupang menuju Kabupaten Kupang, semulus akses internet dan telepon milik Indosat itu.

Saya masih penasaran di sejumlah lokasi di Jalan Trans Timor dari Kupang, menuju Kabupaten Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara hingga Belu, yang selama ini masuk area blank spot alias tak ada akses sinyal telekomunikasi.

Titik yang masuk dalam zona blank spot masih saya hafal persis letaknya. Karena pengalaman menggunakan provider lama, pada titik-titik tersebut sinyal tiba-tiba hilang, selama ratusan kali saya bepergian dari Kupang melintasi empat kabupaten itu.

Tibalah saya di kilometer 51 persis di pertigaan jalan masuk ke Desa Ekateta, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, sinyal yang tadinya penuh, langsung anjlok hingga tersisa satu bar. Meski begitu, masih bisa akses internet.

"Di sekitar daerah sini, memang sinyalnya hilang muncul. Kami kesulitan menelepon apalagi buka internet," kata Yanus Fallo, tukang ojek pangkalan, saat saya temui di pertigaan jalan masuk Desa Ekateta.

Yanus berharap, operator seluler bisa memperkuat kekuatan sinyal, sehingga bisa dinikmati warga.

Setelah berbincang sejenak dengan Yanus, saya melanjutkan perjalanan hingga 200 meter, dan sinyal kembali muncul dengan kekuatan penuh, persis di belokan tajam menuju Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang.

Kekuatan sinyal yang perkasa, lambat laun mulai menurun saat mendekati lokasi Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Sisimeni Sanam di Desa Oesusu, Kecamatan Takari.

Pada kilometer 61 sinyal pun hilang total. Saya mencoba memasang kartu dua operator seluler lainnya ke dalam ponsel, tetapi tetap saja sinyal tak kunjung muncul. Sepanjang 300 meter menuju ibu kota Kecamatan Takari, sinyal lumpuh tak berdaya.

Karena sinyal empat operator telekomunikasi tak bisa diakses, saya kembali memasang dua nomor milik Indosat dan terus melanjutkan perjalan hingga memasuki wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Dalam perjalanan itu, sinyal kembali menguat.

Namun, memasuki kilometer 80 atau tepatnya di Kampung Eno Ana, Desa Oebobo, Kecamatan Batu Putih, Timor Tengah Selatan, lagi-lagi kejadian di kilometer 61 terulang. Tapi kali ini berbeda, karena area blank spot panjang. Lebih dari satu kilometer.

Jaringan sinyal kembali berangsur normal, setelah keluar dari tikungan kiri menuju Desa Boentuka, dan Desa Benlutu, Kecamatan Batu Putih.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau