Udara dingin yang menusuk tulang, tak menyurutkan semangat saya untuk menjelajahi lagi beberapa tempat di Kabupaten Timor Tengah Utara, pagi itu.
Selepas sarapan pagi dan menyeruput segelas kopi, saya menghidupkan mobil dan bergerak menuju Kabupaten Belu melintasi jalan negara Trans Timor. Khusus wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, hanya ada satu area blank spot, yakni di kilometer 208 jurusan Atambua. Selebihnya sinyal tetap stabil.
Saat dalam perjalanan atau tepatnya di Kiupukan (kilometer 223), ibu kota Kecamatan Insana, Timor Tengah Utara, saya mencoba ke bagian selatan, tepatnya di Desa Loeram, yang berada di pedalaman dengan jarak 10 kilometer dari jalan Trans Timor. Meski dengan kondisi jalan bebatuan cadas, sinyal tetap kuat, walau sempat turun hingga tersisa satu bar. Akses internet masih lancar.
Untuk membuktikan ketangguhan sinyal Indosat, saya kembali ke jalan sebelumnya, dan berputar ke arah utara menuju ke Manufui, Desa Supun, Kecamatan Biboki Selatan, Timor Tengah Utara, sejauh 16 kilometer. Di daerah itu, masih ada sedikit sinyal. Tetapi memasuki desa tetangga Tokbesi, sinyal tiba-tiba hilang. Padahal, Desa Tokbesi, Kecamatan Biboki Selatan, berada di daerah ketinggian.
Setelah puas menjelajahi Kabupaten Timor Tengah Utara, yang berbatasan dengan Distrik Oekusi, negara Timor Leste, saya melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Belu, yang merupakan titik terakhir.
Harus diakui, sepanjang jalan menuju Atambua (kilometer 275), ibu kota Kabupaten Belu, kondisi sinyal tanpa cacat. Berselancar internet dan telepon mulus, semulus jalan rayanya.
Memasuki Kota Atambua, hari mulai sore. Saya beristirahat sejenak dan bersua dengan beberapa sahabat wartawan yang bertugas di wilayah perbatasan.
Misi saya belum berakhir, karena harus ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, yang berada di Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, untuk kembali menguji ketangguhan sinyal Indosat. Jarak dari Kota Atambua, sekitar 25 kilometer.
Karena menjadi etalase atau wajah Indonesia di mata dunia, jalan menuju Motaain sangat mulus dan dibuat lebar. Begitu juga dengan sinyal. tetap kokoh mulai dari Atambua hingga ke PLBN Motaain.
Sampai di beranda Indonesia itu, saya sempat mengabadikan momen di beberapa titik di Motaain, sembari menggunggah hasil foto ke media sosial.
Matahari semakin condong ke barat, semburat sinarnya menyoroti sisi kanan mobil yang saya kendarai, memunculkan siluet indah di sore itu.
Saya pulang melanjutkan perjalanan kembali ke Kota Kupang, dengan sebuah harapan agar akses internet dan telepon di perbatasan dengan Negara Timor Leste, selalu stabil sehingga bisa dinikmati warga.
Sebelum pulang, saya sempat minta pendapat Bupati Belu Agustinus Taolin, mengenai kondisi sinyal Indosat di wilayahnya.
"Yang pasti, jika bermanfaat buat masyarakat tentu itu baik. Apalagi kalau bisa memperkuat dan memperluas jaringan di daerah perifer (daerah di tepi, jauh dari pusat) kita menyambut baik dan sangat mendukung," kata Agustinus.
Secara terpisah, SVP Head of Network Deployment Indosat Ooredoo Hutchison Deden Ramdhani Matchi, mengatakan, Indosat terus melahirkan inovasi cerdas dan memberikan kemudahan bagi pengguna jaringan telekomunikasi wilayah Nusa Tenggara.
Khusus di wilayah Nusa Tenggara Timur, kata Deden, pengembangan jaringan Indosat sudah mencapai 86 persen.
Sementara di Kota Kupang telah mencapai 100 persen. Artinya hampir seluruh wilayah di NTT sudah tercover jaringan Indosat.
“Pengembangan jaringan Indosat sudah menjangkau 80 persen wilayah Nusra, dan di NTT sudah sampai 86 persen. Untuk Kupang hampir 100 persen. Coverage harian sekarang sudah mencapai 1.000 kilometer square. Sedangkan daerah Timor, tahun lalu 128 site, sekarang kita tambah lagi menjadi 312 BTS,” ujar Deden.
Deden menambahkan, Indosat sangat antusias untuk melayani masyarakat NTT, dengan menyediakan jaringan yang andal, dan terus diperluas ke seluruh wilayah.
Dengan demikian, masyarakat terutama generasi muda lebih mudah dalam melakukan streaming dan gaming dengan lancar.
Deden berharap, masyarakat NTT bisa merasakan adanya pengembangan jaringan dan cepatnya sinyal saat berinteraksi di dunia digital.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya