Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 24 September 2023, 06:00 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber HKTDC

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan atau konversi ke gedung hijau termasuk salah satu cara untuk mendorong Indonesia mencapai nol emisi karbon pada 2060.

Dalam pelaksanaannya, dibutuhkan dukungan dari pemerintah, baik berupa insentif maupun regulasi.

Pasalnya, initial cost dalam membangun gedung hijau membutuhkan anggaran 30 persen lebih tinggi dibandingkan gedung konvensional.

Namun demikian, pada operasionalnya nanti, gedung hijau akan lebih terjangkau karena bangunannya telah diciptakan supaya lebih hemat energi.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta Doti Windajani dalam Konferensi Internasional Jakarta Architecture Festival (JAF) 2023 di Menara Astra, Jakarta, Jumat (23/9/2023).

"Jadi harus ada keberanian mengambil keputusan menyiapkan cukup dana untuk initial cost," ucap Doti kepada Kompas.com.

Baca juga: Berkonsep Bangunan Hijau, Pasar Kota Batu Akan Tetap Sejuk Meski Tanpa AC

Oleh karena itu, diharapkan pemerintah bisa memberikan sejumlah insentif untuk pembangunan gedung hijau.

Selain itu, pelabelan gedung hijau juga dihitung mulai dari masih berbentuk bahan bangunan hingga menjadi sebuah gedung.

"Kita harus lihat dari hulu ke hilir ya. Materialnya untuk saat ini cost-nya masih tinggi, berarti ada isu industri," imbuh Doti.

Pada kesempatan yang sama, Founder and Principal Siura Studio Anton Siura menyebutkan Indonesia bisa belajar dari Singapura tentang komitmennya terhadap bangunan hijau.

Jelasnya, terdapat regulasi di Singapura yang mewajibkan pengelola gedung untuk mengembalikan ruang hijau ke dalam sebuah bangunan.

"Bisa di atas (atap) atau di balkon, dan itu menjadi persyaratan untuk membangun," tutur Anton.

Baca juga: Batam Resmi Memulai Pembangunan Kawasan Industri Hijau Rp 20 Triliun

Sementara melansir penelitian Hong Kong Trade Development Council (HKTDC), Sabtu (23/9/2023), semua bangunan baru dan bangunan lama yang sedang menjalani retrofit di Singapura pada April 2008, diwajibkan untuk mendapatkan skor minimum dalam sistem pemeringkatan bangunan hijau nasional–program sertifikasi Green Mark.

Sejak saat itu, pasokan produk dan bahan bangunan ramah lingkungan di Singapura telah meningkat secara signifikan.

Kemudian sebagai komitmen atas penandatanganan Perjanjian Paris mengenai perubahan iklim, Pemerintah Singapura telah meluncurkan inisiatif berani mendorong pemilik bangunan dan pengembang untuk mengadopsi praktik bangunan ramah lingkungan.

Sejak tahun 2013, seluruh pemilik bangunan diwajibkan menyerahkan data kinerja energinya setiap tahun kepada Building and Construction Authority (BCA).

Data yang dikumpulkan digunakan untuk menyusun laporan tahunan yang menganalisis kinerja energi bangunan dan memberikan acuan kepada pengelola gedung terkait kinerja energi bangunannya.

Lalu, BCA mempublikasikan data kinerja energi individual beserta nama gedung di dalam laman resminya.

Karenanya, pada akhir tahun 2019, lebih dari 40 persen bangunan di Singapura telah memperoleh sertifikasi Green Mark dan ditargetkan meningkat hingga 80 persen pada 2030.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
Pemerintah
Inisiatif Food Waste Breakthrough: Target Potong Setengah Sampah Makanan Kota
Inisiatif Food Waste Breakthrough: Target Potong Setengah Sampah Makanan Kota
Swasta
Telkom University–Cyberport Hong Kong Resmi Bersinergi Dorong Inovasi Digital Global
Telkom University–Cyberport Hong Kong Resmi Bersinergi Dorong Inovasi Digital Global
Swasta
Perlu 1 Miliar Hektar untuk Penuhi Janji Iklim
Perlu 1 Miliar Hektar untuk Penuhi Janji Iklim
LSM/Figur
CDP: Bisnis Proyeksikan Kerugian 420 Miliar Dolar AS Akibat Risiko Cuaca Ekstrem
CDP: Bisnis Proyeksikan Kerugian 420 Miliar Dolar AS Akibat Risiko Cuaca Ekstrem
Swasta
Muhammadiyah Luncurkan Pesantren Eco-Saintek, yang Integrasi Pendidikan dan Lingkungan
Muhammadiyah Luncurkan Pesantren Eco-Saintek, yang Integrasi Pendidikan dan Lingkungan
LSM/Figur
Krisis Nutrisi akibat Iklim: Tanaman Makin Berkalori, Kita Makin Rentan
Krisis Nutrisi akibat Iklim: Tanaman Makin Berkalori, Kita Makin Rentan
LSM/Figur
Saat Kebun Harus Beradaptasi
Saat Kebun Harus Beradaptasi
Pemerintah
Empat Miskonsepsi Besar Soal Nikel dan Kendaraan Listrik di Indonesia
Empat Miskonsepsi Besar Soal Nikel dan Kendaraan Listrik di Indonesia
LSM/Figur
Panduan Global Baru Diluncurkan, Bantu Pembuat Kebijakan Pahami Krisis Iklim
Panduan Global Baru Diluncurkan, Bantu Pembuat Kebijakan Pahami Krisis Iklim
Pemerintah
Di Balik Panja AMDK: Krisis Penyediaan Air Minum dan Isu Lingkungan yang Terabaikan
Di Balik Panja AMDK: Krisis Penyediaan Air Minum dan Isu Lingkungan yang Terabaikan
Pemerintah
Mikroplastik Cemari Udara di 18 Kota, Jakarta Pusat Catat Konsentrasi Tertinggi
Mikroplastik Cemari Udara di 18 Kota, Jakarta Pusat Catat Konsentrasi Tertinggi
LSM/Figur
MA Ungkap, Hakim Bersertifikasi Lingkungan Kunci Atasi Anti-SLAPP
MA Ungkap, Hakim Bersertifikasi Lingkungan Kunci Atasi Anti-SLAPP
Pemerintah
COP30: Pemerintah Siapkan Strategi Hadapi Fraud Perdagangan Karbon
COP30: Pemerintah Siapkan Strategi Hadapi Fraud Perdagangan Karbon
Pemerintah
Pulau Buru Maluku Ditetapkan Jadi Kawasan Konservasi Baru Penyu Belimbing
Pulau Buru Maluku Ditetapkan Jadi Kawasan Konservasi Baru Penyu Belimbing
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Tentang

Fitur Apresiasi Spesial dari pembaca untuk berkontribusi langsung untuk Jurnalisme Jernih KOMPAS.com melalui donasi.

Pesan apresiasi dari kamu akan dipublikasikan di dalam kolom komentar bersama jumlah donasi atas nama akun kamu.

Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan yang berisi konten ofensif, diskriminatif, melanggar hukum, atau tidak sesuai etika dapat dihapus tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau