PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Taman Margasatwa Ragunan (TMR) menjadi taman konservasi pertama yang memiliki program Waste to Energy (WTE) dan juga Learning Center mengenai pengolahan sampah.
TMR secara mandiri mampu mengubah limbah organik terutama kotoran hewan, menjadi gas dan tenaga listrik.
Manajer Head of External Paiton Energy Bambang Jiwantoro mengatakan, program WTE dan Learning Center di TMR diresmikan bersamaan dengan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-159 TMR pada 19 September 2023.
Kedua program tersebut hasil kerja sama TMR dengan PT Paiton Energy melalui program Waste to Energy CSR Project.
Menurut Bambang, TMR selama ini mengelola limbah kotoran hewan dengan memindahkannya ke landfill area. Limbah yang terkumpul kemudian akan berubah menjadi kompos. Namun hal ini menghadapi kendala terbatasnya lahan dan sumber daya.
Baca juga: Transisi Energi Terganjal Konflik Kepentingan
“Dengan program Waste to Energy CSR Project ini, Paiton Energy mengembangkan solusi pengelolaan limbah yang terintegrasi dengan pengembangan energi terbarukan berupa pemasangan dan pengoperasian delapan unit mesin biodigester yang berfungsi untuk mengolah kotoran hewan dan sampah organik untuk menghasilkan biogas yang dapat menggerakkan mesin pembangkit listrik atau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Biogas,” tutur Bambang kepada Kompas.com, di Probolinggo, Kamis (21/9/2023).
PLTSa Biogas yang selanjutnya dikelola secara mandiri oleh Tim TMR dapat beroperasi mengolah limbah sampah organik dan kotoran hewan maksimal dua ton per hari.
“PLTSa biogas tersebut menghasilkan listrik sebesar 234 kWh. Listrik akan dimanfaatkan untuk kebutuhan WTE dan Learning Center,” kata Bambang.
Selain itu, mesin Biodigester juga bisa memproduksi pupuk padat dan pupuk cair organik untuk pertanian yang dapat dimanfaatkan oleh Unit Pengelola dan juga pengunjung Taman Margasatwa Ragunan.
Dalam hal ini, TMR dan Paiton Energy bekerja sama dalam program Waste to Energy dan Learning Center karena sampah termasuk limbah organik merupakan masalah serius.
Baca juga: Percepat Transisi Energi di Indonesia, Ini 8 Rekomendasi IESR dan ICEF
Selain itu juga merupakan salah satu sektor yang berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca dalam bentuk emisi metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Pada akhirnya, emisi metana dan karbondioksida tersebut akan turut memicu perubahan iklim yang dapat mengancam semua kehidupan di muka bumi.
“Bagi Paiton Energy, program WTE di TMR ini menjadi kelanjutan dari kesuksesan program serupa yang telah diluncurkan di Universitas Indonesia pada akhir 2021,” imbuh Bambang.
Sementara, Presiden Direktur PT Paiton Energy Koichiro Miyazaki mengatakan, hal tersebut merupakan aksi nyata kolaborasi antara pihak swasta dengan instansi pemerintah untuk upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim melalui sejumlah program inisiatif pengurangan dan penyerapan emisi karbon yang berkelanjutan.
Baca juga: Pemerintah Harap Sektor Energi Mampu Tekan 358 Juta Ton CO2
“Keberadaan WTE ini juga sangat bermanfaat untuk mengatasi limbah organik di TMR sekaligus menjaga kelestarian lingkungan dan menghasilkan energi dari sumber terbarukan,” kata Miyazaki saat dihubungi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya