KOMPAS.com – Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di bidang energi terbarukan selama 10 tahun terakhir.
Hal tersebut tertuang dalam laporan tahunan terbaru berjudul Renewable Energy and Jobs: Annual Review 2023. Dalam laporan tersebut, jumlah lapangan kerja mencapai 13,7 juta pada 2022.
Laporan tersebut disusun oleh Badan Energi Terbarukan Internasional atau International Renewable Energy Agency (Irena) dan Organisasi Buruh Internasional atau International Labour Organization (ILO).
Baca juga: Lapangan Kerja Energi Terbarukan Melonjak Drastis, Masa Depan Makin Menjanjikan
Dari total tersebut, PLTS menyerap 4,9 juta pekerja, lebih dari sepertiga dari total tenaga kerja di bidang energi terbarukan.
Jumlah pekerja yang berkecimpung di manufaktur maupun instalasi PLTS pada 2022 mengalami peningkatan bila dibandingkan 2021 yakni berjumlah 4,3 juta orang.
10 negara yang paling banyak menyerap tenaga kerja di sektor PLTS adalah China, India, Amerika Serikat (AS), Brasil, Jepang, Vietnam, Polandia, Jerman, Spanyol, dan Australia.
Dari angka tersebut, negara-negara di kawasan Asia menampung 73 persen tenaga kerja PLTS di dunia.
Baca juga: Indonesia Butuh Payung Hukum Khusus Energi Terbarukan
Hal ini mencerminkan dominasi berkelanjutan di bidang manufaktur dan kuatnya kehadiran di bidang instalasi PLTS.
China menyumbang sekitar 56 persen lapangan kerja di bidang PLTS di seluruh dunia, atau sekitar 2,76 juta lapangan pekerjaan.
Jumlah lapangan kerja di bidang PLTS di AS mencapai 264.000 pekerjaan pada 2022. Pekerjaan di bidang PLTS di Eropa diperkirakan mencapai 540.000 pada 2022.
Total pekerjaan di bidang PLTS di India diperkirakan mencapai 281.400 orang.
Baca juga: 250 Perusahaan dan Organisasi Dunia Tuntut Energi Terbarukan Meningkat 3 Kali Lipat
Meningkatnya instalasi PLTS di Brasil meningkatkan lapangan kerja di industri ini menjadi 241.000 pekerjaan.
Jepang menambah kapasitas PLTS lebih sedikit pada 2021 dibandingkan tahun sebelumnya. Irena memperkirakan, jumlah tenaga kerjanya mencapai 127.000 orang.
Analisis menunjukkan, perempuan mewakili 40 persen dari pekerjaan penuh waktu di sektor PLTS di dunia.
Angka ini hampir dua kali lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan yang bekerja di sektor pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) atau minyak dan gas (migas), masing-masing 21 persen dan 22 persen.
Baca juga: Biaya di Indonesia Lebih Tinggi dari Internasional, Pengembangan Energi Terbarukan Tersendat
Akan tetapi, keterwakilan perempuan dalam pekerjaan di sektor PLTS tidak merata. Mereka paling sering dipekerjakan untuk posisi administratif, yang porsinya mencapai 58 persen.
Dalam pekerjaan sains, teknologi, teknik, dan matematika di bidang PLTS, keterwakilan perempuan baru 32 persen.
Sedangkan di posisi teknis seperti pengacara atau ahli pengadaan, keterwakilan perempuan baru 35 persen.
Selain itu, perempuan memegang 38 persen posisi non-teknis lainnya misalnya pemasaran, penjualan, distribusi, perakitan atau instalasi produk.
Baca juga: Kampanye Kendaraan Listrik Jalan Terus, Energi Terbarukan Jalan di Tempat
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya