KOMPAS.com – Berbagai bencana alam yang dipicu oleh perubahan iklim membuat 43,1 juta anak di seluruh dunia terpaksa mengungsi pada periode 2016 hingga 2021.
Laporan memilukan tersebut disampaikan badan PBB yang berfokus pada anak, UNICEF, dalam laporan terbarunya.
Laporan tersebut juga merangkum kesaksian beberapa anak di berbagai wilayah yang terpaksa menjadi pengungsi.
Baca juga: KTT AIS 2023 Pertajam Strategi Bersama Atasi Perubahan Iklim
Banjir, kekeringan, badai, hingga kebarakan hutan membuat anak-anak semakin rentan dan memaksa mereka berpindah untuk mencari tempat yang lebih aman.
Salah satu penulis laporan tersebut, Laura Healy, menyampaikan kepada AFP bahwa temuan tersebut hanyalah puncak dari gunung es. Itu berarti, masih banyak sekali anak-anak yang terkena dampak perubahan iklim.
“Kami membawa barang-barang kami ke jalan raya, tempat kami tinggal selama berminggu-minggu,” kenang seorang anak Sudan, Khalid Abdul Azim, yang desanya terkena banjir bandang.
Selama ini, berbagai statistik mengenai pengungsi yang disebabkan oleh bencana iklim umumnya tidak memperhitungkan usia para korban.
Baca juga: Tantangan Pembangunan Berkelanjutan Daerah di Tengah Perubahan Iklim
Namun kini, UNICEF bekerja sama dengan Internal Displacement Monitoring Center dalam laporan tersebut mengungkap data dan jumlah korban dari anak-anak.
Dari 2016 hingga 2021, empat jenis bencana yakni banjir, badai, kekeringan, dan kebakaran hutan yang frekuensinya meningkat karena pemanasan global menyebabkan 43,1 juta anak mengungsi di 44 negara, kata laporan tersebut.
95 persen dari jumlah pengungsi tersebut disebabkan oleh banjir dan badai, sebagaimana dilansir AFP.
“Ini setara dengan sekitar 20.000 anak yang mengungsi setiap hari,” kata Healy kepada AFP.
Baca juga: Bali Harap KTT AIS Sepakati Komunike Perkuat Mitigasi Perubahan Iklim
Dia menggarisbawahi bagaimana anak-anak yang terkena dampak berisiko mengalami trauma lain, seperti terpisah dari orang tua mereka atau menjadi korban perdagangan anak.
“Ini hanyalah puncak gunung es berdasarkan data yang kami miliki,” kata Healy.
“Kenyataannya adalah, dengan adanya dampak perubahan iklim, atau pelacakan yang lebih memadai mengenai peristiwa yang terjadi secara perlahan, maka jumlah anak yang terpaksa meninggalkan rumah mereka akan jauh lebih besar,” sambungnya.
Baca juga: Studi Yale, 75 Persen Responden Tuntut Pemerintah Bisa Tangani Perubahan Iklim
Laporan UNICEF tersebut turut memberikan beberapa prediksi untuk kejadian tertentu.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya