KOMPAS.com - Alun-alun Balai Kota Tallinn telah lama menjadi pusat keramaian. Titik fokus Kota Tua di ibu kota Estonia, ini telah menjadi tempat interaksi sosial paling penting selama berabad-abad; dari pasar petani, pengadilan pidana dan perayaan Natal.
Sayangnya, selama 20 tahun terakhir, penduduk setempat kesulitan melakukan hal paling sederhana seperti berhenti sejenak, duduk, dan mengobrol tanpa kewajiban membeli sesuatu dari salah satu kafe di sekitarnya.
Namun, hal itu berubah sejak musim panas 2023. Dari bulan Juni hingga September, alun-alun ini dipenuhi dengan kehidupan baru sebagai taman sementara, lengkap dengan tempat duduk kayu, bunga, pepohonan, dan bahkan perpustakaan gratis untuk dibaca orang.
Perubahan tersebut adalah bagian dari sejumlah proyek kota yang diselesaikan pada tahun Tallinn ditetapkan sebagai Ibu Kota Hijau Eropa.
Baca juga: Ini Manfaat Infrastruktur Hijau di Perkotaan, Tingkatkan Kualitas Hidup sampai Perekonomian
Ibu Kota Hijau Eropa atau European Green Capital (EGC) dijalankan oleh Komisi Eropa. Predikat ini diberikan kepada kota-kota dengan lebih dari 100.000 penduduk yang secara aktif melakukan transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.
Tallinn dianugerahi penghargaan lingkungan hidup pada tahun 2021, memberinya waktu dua tahun untuk mempersiapkan diri menjadi pusat perhatian ditambah cek senilai 600.000 Euro.
Untuk diketahui, ide untuk menggelar EGC ini pertama kali muncul di Tallinn pada tahun 2006, saat pertemuan kota-kota Eropa, sehingga dianggap sebagai acara "mudik" oleh pejabat kota.
Ibu Kota Hijau sendiri bukan sekadar kota-kota progresif. Inisiatif ini membantu pemerintah daerah dan pembuat perubahan untuk saling berbagi pengetahuan dan praktik terbaik, mulai dari memerangi polusi hingga beradaptasi terhadap cuaca ekstrem.
"Estonia kecil. Tallinn adalah satu-satunya kota besar kami, jadi kami tidak punya siapa pun untuk belajar selain ibu kota Eropa lainnya,” kata Kepala Departemen Perencana Wilayah Kaidi Põldoja.
Baca juga: Rendah Polusi, Ini 5 Kota yang Dapat Dijadikan Tempat Berlibur
Pendekatan Tallinn untuk menjadi pemegang EGC berkisar pada menghadirkan alam ke dalam kota dan mendorong penduduk untuk lebih menghargainya.
Perombakan taman di alun-alun merupakan bagian dari proyek ‘Jalur Hijau’ kota, dan memperkenalkan penghijauan ke seluruh ruang kota, mulai dari blok perumahan hingga jalur lalu lintas dan atap halte bus.
Keberhasilannya bergantung pada konsep yang disebut ‘urbanisme taktis’, sebuah pendekatan cepat dan dalam waktu singkat untuk mencegah proyek terjebak dalam permasalahan perizinan.
Desain taman alun-alun kota dengan cerdik menelusuri jalan-jalan yang masuk ke dalamnya, agar tidak menghalangi jalur apa pun bagi orang yang ingin melewatinya.
Kotak tanaman berbentuk heksagonal, sebuah petunjuk bagi lebah, yang kebutuhannya juga dipertimbangkan dalam pemilihan bunga yang ramah terhadap penyerbuk.
Bagian barat laut Kota Tua yang membentuk koridor sepanjang 14 kilometer melalui enam dari delapan distrik di Tallinn, merupakan prestasi hijau yang abadi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya