KOMPAS.com – Pemerintah Provinsi Riau meluncurkan kurikulum pendidikan gambut dan mangrove sebagai materi muatan lokal untuk SMA dan SMK di provinsi tersebut.
Dengan adanya konten pendidikan itu, Riau tercatat menjadi provinsi pertama yang menyelenggarakan kurikulum muatan lokal mengenai gambut dan mangrove.
Deputi Bidang Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) RI Tris Raditian mengatakan, kurikulum tersebut penting diimplementasikan untuk memberikan pemahaman mengenai gambut dan mangrove di kalangan pelajar.
Baca juga: Pentingnya Lahan Gambut untuk Mitigasi Perubahan Iklim dan Keanekaragaman Hayati
“Riau menjadi provinsi pertama yang meluncurkan kurikulum pendidikan gambut dan mangrove sebagai materi muatan lokal,” kata Tris di Gedung Daerah Balai Pauh Janggi, Pekanbaru, Riau, Rabu (1/11/2023), sebagaimana dilansir Antara.
Tris mengatakan, pemberian materi muatan lokal mengenai gambut dan mangrove kepada para pelajar juga merupakan salah satu upaya menciptakan generasi peduli lingkungan.
Dia menyampaikan, dengan memberi edukasi sedini mungkin, generasi muda dapat melanjutkan pembangunan gambut dan mangrove.
“Ketika sudah belajar dan memahami sejak dini bagaimana sifat gambut dan mangrove, serta bagaimana perlindungan dan pengelolaan, maka kelak mereka akan menjadi generasi muda yang cinta lingkungan,” ucap Tris.
Baca juga: Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut, BRGM Gelar Sekolah Lapang Petani Gambut
Tris menuturkan, BRGM bekerja sama dengan Provinsi Riau meluncurkan program bernama Riau Hijau yaitu pembagunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
“Kami berharap dengan diimplementasikan modul tersebut menjadi upaya strategis meningkatkan pengetahuan, keterampilan pelajar, yang dapat mempengaruhi sikap serta perilaku generasi muda dalam pengambilan keputusan di masa datang,” tutur Tris.
Lahan gambut merupakan sumber daya alam yang perlu dilindungi karena mempunyai pengaruh besar terhadap kelestarian alam.
Keberadaan ekosistem lahan gambut di indonesia terus mengalami gangguan dan kerusakan akibat pola pemanfaatan yang serampangan.
Baca juga: Polres Se-Kepri Tanam Mangrove, Jaga Kelestarian Lingkungan
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Kepala Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sasa Sofyan Munawar mengatakan, lahan gambut adalah ekosistem penting bagi keanekaragaman hayati.
Lahan gambut juga sekaligus menjadi solusi yang efektif dalam mitigasi perubahan iklim.
"Perlindungan dan restorasi gambut tidak hanya berperan untuk target iklim nasional, tetapi juga untuk mitigasi perubahan iklim secara global," ujar Sasa, sebagaimana dilansir Antara, 23 Mei 2023.
Indonesia yang memiliki total luas gambut 13,4 juta hektare (ha) atau setara dengan 80 persen dari total lahan gambut di Asia Tenggara, menyimpan 14 persen karbon gambut global.
Lahan gambut memiliki kontribusi signifikan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan rumah bagi keanekaragaman hayati yang tinggi.
Baca juga: Ciptakan Habitat Udang, 7.200 Bibit Mangrove Ditanam di Pantai Bangka
Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE) BRIN Haruni Krisnawati menjelaskan lahan gambut adalah ekosistem yang unik dan langka.
"Meskipun hanya mencakup sekitar tiga sampai empat persen dari permukaan tanah planet ini, namun mengandung hingga sepertiga atau 30-40 persen karbon tanah dunia, yaitu dua kali jumlah karbon yang ditemukan di hutan dunia," kata Haruni.
Haruni mengatakan, melestarikan ekosistem lahan gambut sangat penting untuk mencapai tujuan iklim global, meski sekitar 12 persen lahan gambut saat ini telah kering dan terdegradasi.
Pelestarian ekosistem lahan gambut yang tersisa saat ini berkontribusi terhadap 5 persen emisi gas rumah kaca global yang disebabkan oleh manusia.
Baca juga: Pemetaan Ekosistem Mangrove di Kota-kota Pesisir
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya