JAKARTA, KOMPAS.com - "Dirty water kills more people than war". Demikian kredo gerakan The Spring dalam mengentaskan kebutuhan air bersih dan sanitasi masyarakat marjinal terpinggirkan di sejumlah wilayah di Indonesia.
Adalah enam remaja siswa Jakarta International School (JIS) yaitu Mark A Pramana, Kayson Sunjoto, Amanda Widjanarko, Bianca Gabriella Goenawan, Christie Arianne Lim, dan Jerremy Handojo yang peduli akan pelestarian lingkungan, dan kesehatan masyarakat.
Mereka melanjutkan gerakan sosial The Spring yang diinisiasi oleh Nathania Purnama, Jacqueline Purnama, dan Christopher Pramana, dalam melaksanakan aksi pengentasan kebutuhan air bersih dan sanitasi di dua kampung Kiijem, dan Kidoso, Desa Kedung Dalem, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, pada Sabtu (4/11/2023).
Cuaca terik, suhu panas, debu, dan peluh tak menghalangi para remaja ini dalam menjalankan aksi dan misinya di wilayah yang merupakan bagian dari Pantai Utara (Pantura) Jawa itu.
"Kami bangga dan bahagia melihat anak-anak, para ibu, dan warga lainnya yang juga berbahagia bisa mendapatkan akses air bersih dan sanitasi komunal yang layak," ungkap Mark kepada Kompas.com.
Baca juga: Daerah Tinggi Kasus Stunting Jadi Fokus Instalasi Air Bersih
Selama ini, menurut Mark, warga di dua desa tersebut harus berjuang keras untuk mendapatkan air bersih untuk minum, mencuci baju, memasak, dan membuang hajat.
Mereka melintasi jalan raya menuju kali Cileles atau Ciketapang dengan jarak tempuh berkilo-kilo meter, atau membeli air dalam galon dan jeriken dengan harga sekitar Rp 5.000 hingga Rp 10.000 per galon/jeriken.
"Sungguh, ini merupakan kondisi yang memprihatinkan. Kondisi ini harus diubah, karena sumber air di kali atau sungai-sungai tersebut telah terkontaminasi polutan berupa limbah, virus, bakteri, dan lain-lain yang akan menimbulkan berbagai macam penyakit," urai Kayson.
Aksi ini sesuai dengan misi The Spring, memperjuangkan akses air bersih yang mudah diambil dan aman untuk diminum untuk semua orang.
The Spring sendiri merupakan bagian dari Yayasan Perjuangan Anak Bangsa yang didirikan pada tahun 2016. Dalam perjalanan kiprahnya selama tujuh tahun telah menyelesaikan pembangunan delapan sumur dan sanitasi komunal atau fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) di desa Rancabungur, Bogor dan beberapa daerah terpencil di Teluk Naga, Banten.
Baca juga: Daftar Indikator Tujuan 6 SDGs Air Bersih dan Sanitasi Layak
Kehadiran fasilitas ini telah membantu lebih dari 1.000 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 5.000 orang. Kampung Kiijem, dan Kampung Kidoso di Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, ini merupakan fasilitas ketujuh dan kedelapan yang tuntas pembangunanannya selama satu bulan 10 hari.
Menurut Kayson, dengan pengadaan akses air bersih dan sanitasi komunal, kondisi lingkungan di sekitar daerah tersebut jadi membaik.
Contohnya kondisi air sungai yang sebelumnya terkontaminasi karena digunakan untuk mandi, mencuci dan juga sebagai toilet oleh masyarakat setempat jadi lebih bersih.
Masyarakat setempat tidak lagi menggunakan air sungai untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, sehingga polusi pun berkurang.
Mark menjelaskan, dalam melaksanakan pembangunan fasilitas akses air bersih dan MCK Komunal ini, The Spring dibantu oleh arsitek profesional Maria Savitri dan Manek Ndoloe.
Baca juga: HK Bangun Fasilitas Air Bersih dan Renovasi Fasilitas Pendidikan di Sumatera Barat
Bersama, mereka melakukan riset terlebih dahulu di titik-titik atau wilayah yang tidak dapat menjangkau air bersih dan sanitasi layak.
Ke depan mereka berharap dapat menjangkau wilayah di luar Jadobotabek seperti Nusa Tenggara Timr (NTT), Papua, dan wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal di seluruh Indonesia.
Tak hanya membangun, seluruh anggota The Spring juga ikut memastikan agar manfaat dari bantuan yang mereka berikan dapat dimaksimalkan dan berkelanjutan, melalui kegiatan yang bersifat edukatif.
Kegiatan tersebut berupa cara merawat lingkungan termasuk fasilitas yang telah disediakan untuk mereka, serta pentingnya menjalani gaya hidup yang bersih dan sehat.
Terkait keberlanjutan proyek ini, Liza Pradjonggo, salah satu orangtua murid mengungkapkan, tak selamanya kegiatan kepedulian lingkungan tersebut berjalan mulus. Ada banyak kendala yang dihadapi, terutama pendanaan.
Selama ini The Spring mendanai proyek-proyek mereka dengan menggalang dana dari berbagai macam aktivitas dan sumber, dan juga melalui penjualan kriya seperti kaos, dan kerajinan lainnya, dengan harga sekitar Rp 180.000 yang dijual melalui platform media sosial.
Baca juga: Percepat Penurunan Stunting, Sarpras Air Bersih dan Sanitasi Berbiaya Rp 1,047 Triliun Digenjot
Liza menekankan, untuk melaksanakan aksi sosial dan kemanusiaan ini, anggota The Spring harus berusaha tanpa meminta-minta kepada orangtua secara gratis, atau mengharap bantuan dari orang lain.
"Lakukan dengan benar. Donasi akan datang dengan sendirinya sebagai hasil dari kerja keras mereka," ucapnya.
Untuk diketahui, dalam membangun satu fasilitas MCK diperlukan dana sekitar Rp 60 juta hingga Rp 90 juta. Sementara fasilitas akses air bersih tanpa kakus sekitar Rp 30 juta.
Menurutnya, mereka adalah contoh anak muda yang menginspirasi, karena mampu melaksanakan kegiatan yang justru harus dilakukan oleh orang-orang dewasa seperti dirinya.
"Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih. Dan akan memanfaatkan fasilitas air bersih ini dengan sebaik-baiknya. Kendati pun untuk merawatnya kami bersedia mengeluarkan dana sekitar Rp 15.000 per bulan. Ini sangat layak," tutur Nurbaiti.
Baca juga: Air Bersih dan Sanitasi Layak Bantu Turunkan Angka Stunting
Mark dan teman-temannya pun makin bersemangat dan memastikan akan terus giat menggalang dana agar setiap desa yang memerlukan bantuan, dapat ditangani dengan baik.
Para remaja ini bercita-cita agar setiap warga Indonesia mendapatkan hak asasi mereka atas air bersih, sehingga pada akhirnya terwujud kesehatan dan kesejahteraan bersama secara merata.
Selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3 tentang kehidupan sehat dan sejahtera, dan nomor 6 tentang air bersih dan sanitasi layak.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya