KOMPAS.com – Pemerintah pusat akan memasang instalasi air bersih di daerah dengan kasus stunting yang tinggi.
Hal tersebut disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (23/10/2023).
Dia menuturkan, sasaran pemasangan instalasi air bersih adalah rumah di daerah dengan kasus stunting yang tinggi.
Baca juga: Kurangnya Koordinasi Antarlembaga Jadi Kendala Turunkan Kasus Stunting
“Terutama yang membutuhkan intervensi pengadaan air bersih yang lebih baik,” kata Suharso, sebagaimana dilansir Antara.
Suharso menyampaikan, sasaran tersebut akan dituangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam bentuk instruksi presiden (inpres).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, pada 2022 terdapat tujuh provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi.
Ketujuh provinsi tersebut adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) 37,8 persen, Sumatera Barat 33,8 persen, Aceh 33,2 persen, Nusa Tenggara Barat (NTB) 31,4 persen, Sulawesi Tenggara 30,2 persen, Kalimantan Selatan 30 persen, dan Sulawesi Barat 29,8 persen.
Sedangkan lima provinsi dengan jumlah kasus terbanyak adalah Jawa Barat sebanyak 971.792 kasus, Jawa Timur 651.708 kasus, Jawa Tengah 508.618 kasus, Sumatera Utara 347.437 kasus, dan Banten 265.158 kasus.
Baca juga: Turunkan Angka Stunting Indonesia lewat Makanan yang Terjangkau
Dilansir dari pemberitaan Kompas.com sebelumnya, air bersih terbukti memengaruhi stunting secara tidak langsung.
Air bersih dibutuhkan untuk menjaga kesehatan anak secara keseluruhan.
Jika kebutuhan air bersih untuk dikonsumsi, mandi, cuci, kakus tercemar, maka anak berisiko terpapar infeksi penyakit.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, air yang terkontaminasi dan sanitasi yang buruk memiliki kaitan dengan penularan penyakit seperti kolera, diare, disentri, hepatitis A, tifus, dan polio.
Baca juga: TBC Jadi Salah Satu Penyebab Anak Stunting
Jika anak menderita penyakit tersebut, kebutuhan gizinya akan meningkat.
Di satu sisi, anak membutuhkan lebih banyak energi dan nutrisi tidak hanya untuk tumbuh, tetapi juga untuk melawan infeksi.
Penyerapan nutrisi juga mungkin akan terpengaruh. Misalnya, jika ia berulang kali mengalami penyakit diare, kemampuannya untuk mempertahankan nutrisi akan sangat menurun.
Jika kebutuhan gizi anak tersebut tidak terpenuhi, anak dapat mengalami kekurangan gizi.
Kekurangan gizi yang berlangsung lama dan parah pada akhirnya dapat menyebabkan stunting.
Baca juga: Sisa 1 Tahun Capai Target Prevalensi Stunting 14 Persen
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya