“Untuk memulihkan keanekaragaman hayati global, mengakhiri deforestasi harus menjadi prioritas utama,” sambungnya.
Dalam KTT Iklim PBB COP26 pada 2021, para pemimpin dunia berjanji untuk menghentikan dan membalikkan deforestasi pada akhir dekade ini. Akan tetapi, berbagai data menunjukkan bahwa banyak negara saat ini sudah keluar jalur.
Baca juga: 358.719 Hektar Kawasan Hutan Baru Disertifikatkan Lewat Redistribusi Tanah
Para peneliti mengatakan, menjaga hutan serta memenuhi perjanjian iklim dan keanekaragaman hayati sangat penting agar hutan bisa mencapai potensi maksimalnya.
“Melestarikan hutan, mengakhiri deforestasi, dan memberdayakan masyarakat yang hidup berdampingan dengan hutan memiliki kekuatan untuk menangkap 61 persen potensi kita. Itu sangat besar,” kata Tom Crowther, kepala Crowther Lab di ETH Zurich.
“Hal ini berpotensi mengubah konteks konservasi hutan. Hal ini tidak lagi berarti menghindari emisi, namun juga pengurangan karbon secara besar-besaran,” sambung Crowther.
Dia menambahkan, butuh ribuan proyek dan skema berbeda untuk melestarikan dan menghidupkan kembali hutan.
“Hal ini dapat dicapai oleh jutaan komunitas lokal, masyarakat adat, petani, dan kehutanan yang mempromosikan keanekaragaman hayati,” jelas Crowther.
Baca juga: Proyek Pelestarian Hutan di Zimbabwe Bermasalah, Kerja Sama Karbon Diputus
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya