Namun dengan bantuan AI, perbedaan antara kedua virus tersebut menjadi lebih jelas. Pembelajaran mesin dapat membedakan antara ketiga virus yang terkait erat dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh pengujian DNA.
Hasil perkiraannya sangat kuat, menunjukkan bahwa dua pendekatan optimasi pembelajaran mesin dapat mengamati perubahan pola penyelarasan DNA dan memperkirakan pergeseran dengan ketepatan 100 persen.
Baca juga: AI Menjadi Suntikan Energi Bagi Penelitian Medis di Indonesia
Dua optimasi yang kurang berhasil masih membuahkan ketepatan 98,3 persen, dengan kesalahan yang terjadi pada data sampel Covid-19.
Hal ini menunjukkan komposisi DNA pada sampel Covid-19 masih beragam dan ada kemungkinan mutasi akan terus terjadi.
Data ini sangat membantu para peneliti dan perusahaan farmasi. Hasil analisis ini memberikan indikasi yang paling jelas tentang bagaimana Covid-19 akan bermutasi, sehingga memungkinkan perencanaan yang optimal dalam pengambilan keputusan sumber daya yang penting, seperti pembuatan vaksin dan produksi antivirus.
Saat pandemi terus berlanjut, komunitas penelitian harus tetap menjadi yang terdepan untuk memberi dunia kesempatan melawan virus corona. AI dalam proses penelitian membantu mewujudkannya.
Penulis
Berlian Al Kindhi, Kepala Laboratorium CyPIRAL di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
Mauridhi Hery Purnomo, Profesor Kecerdasan Buatan di Departemen Teknik Komputer, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia. Beliau adalah Ketua Laboratorium Komputasi Multimedia dan Kecerdasan Buatan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya