JAKARTA, KOMPAS.com - Sun Energy, perusahaan pengembang panel surya, mengincar pendapatan atau revenue tahun 2024 senilai Rp 600 miliar.
Target itu setara dengan peningkatan kapasitas aset Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 150 MWp.
Deputy CEO Sun Energy Dionpius Jefferson mengungkapkan hal itu saat menjawab Kompas.com, dalam media luncheon, di Jakarta, Senin (11/12/2023).
Dion optimistis target tersebut dapat tercapai mengingat kinerja revenue Sun Energy pada tahun 2023 berada pada angka positif yakni Rp 500 miliar.
Selain itu, perusahaan sudah menyiapkan sejumlah strategi khusus, terutama dalam menghadapi kompetisi yang semakin ketat.
Baca juga: Akselerasi EBT, SUN Energy Resmikan PLTS Terbesar di Sektor Pendidikan Indonesia
"Saat ini, challenge-nya bukan pada regulator (dalam hal ini PLN), melainkan kompetitor yang makin agresif. Jika dulu kompetitor bisa dihitung jari sebelah tangan, kini kami harus berhadapan dengan 80 perusahaan sejenis," papar Dion.
Dion memaparkan, strategi dimaksud adalah memperluas penetrasi sistem PLTS sektor industrial dan komersial di wilayah Sulawesi dan Kalimantan.
"Kami mulai bermain di sektor pertambangan, perkebunan, dan juga komditas lainnya secara B to B," imbuh Dion.
Kemudian menambah portofolio instalasi sistem PLTS pada beragam jenis industri, seperti industri semen yang akan dioperasikan pada tahun 2024.
Dion menyebutkan, salah satu kliennya adalah perusahaan BUMN semen yang memiliki wilayah operasional di Bogor dengan porsi 30 persen dari kapasitas aset PLTS 2024.
"Strategi selanjutnya adalah membuka peluang kemitraan strategis, seperti joint venture dengan Sojitz Corporation untuk membangun PLTS di Greenland International Industrial Center (GIIC) Deltamas dengan potensi 100 MW," cetusnya.
Baca juga: Dukung “Jabar Smile”, SUN Energy dan PLN Jabar Kolaborasi Tingkatkan Pemanfaatan PLTS Atap
Untuk merealisasikan target 2024 tersebut, Sun Energy menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai 700.000 dollar AS per 1 MW.
Sementara Sun Terra, unit bisnis lainnya dari Sun Group, membidik pendapatan sekitar 10 hingga 15 persen dari total 1.000 potensi subscriber (pelanggan) di seluruh Indonesia.
"Angka ini tidak termasuk pasar Thailand, yang baru saja kami masuk dengan potensi 300 subscriber," ungkap CEO Sun Terra Fanda Soesilo.
Fanda menjelaskan, Sun Terra akan terus mengedepankan inovasi teknologi dalam mempermudah akses terhadap energi surya, seperti solar subscription atau berlangganan solar panel sebagai solusi pembiayaan mulai dari 2 kWp sebesar Rp 300.000-an.
Kemudian menghadirkan aplikasi mobil sebagai upaya memperkenalkan energi surya melalui satu genggaman yang mampu menjangkau data kebutuhan, dan menghadirkan performa PLTS secara real time.
"Selanjutnya memudahkan bagi mitra bisnis perusahaan terutama agen penjualan Sun Terra dalam mengelola dan memantau proses penjualan berbasis mobile app," urai Fanda.
Berikutnya memperluas akses terhadap sistem energi surya di sektor residensial dengan menampilkan purwarupa interaktif sistem PLTS sektor residensial di toko ritel, seperti Electronic City di SCBD dan Alam Sutera, serta Mitra10 BSD.
"Kami juga bekerja sama dengan pengembang properti macam Nava Park di BSD City dan Grand Wisata di Bekasi," ucap Fanda.
Adapun unit bisnis Sun Group terbaru, Nira, yang bergerak di bidang konservasi air akan fokus dan menyelesaikan proyek di Kalimantan.
Head of Business Solutions Nira Anthony Steven mengatakan, Nira menawarkan pengolahan air tanpa biaya dengan skema pembiayaan sesuai dengan output air yang dihasilkan dari sistem pengolahan air terpasang.
"Setelah sistem Build Operate Transfer (BOT) berakhir dengan masa kontrak 7-10 tahun, seluruh infrastruktur sistem pengolahan air menjadi milik perusahaan mitra," jelas Anthony.
Penambahan lini bisnis pengolahan air menunjukkan komitmen Sun Group untuk berfokus pada penyediaan jasa keberlanjutan yang terus diperluas sebagai upaya mengatasi dampak perubahan iklim.
Saat ini, Nira berfokus pada penyediaan jasa pengolahan sumber daya air pada sektor industri dan komersial.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya