JAKARTA, KOMPAS.com - Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Politik Universitas Paramadina gelar program pemberdayaan masyarakat dan bakti sosial di Pondok Pesantren Darul Futuuh, Kampung Kandang Kecil, Harapan Mulya, Kota Bekasi, Sabtu (16/12/2023).
Program pemberdayaan berupa pelatihan pengelolaan bank sampah, pelatihan budidaya maggot, serta pelatihan videografi dan fotografi untuk masyarakat sekitar.
Tak hanya itu, mereka juga membagikan 250 paket sembako untuk para santri dhuafa dan warga kurang mampu di dua RT, yakni RT 03 dan RT 05/RW 02.
Selain program pemberdayaan masyarakat dan bakti sosial, digelar juga peluncuran Perpustakaan Darul Futuuh yang diresmikan oleh PJ Walikota Bekasi Gani Muhamad.
Gani memberikan apresiasi kepada Institusi dari Universitas Paramadina yang menempatkan Kegiatan Pengabdian kepada masyakarat di wilayah Kota Bekasi.
Baca juga: Pemberdayaan Perempuan Pelaku UMKM Dapat Tekan Kemiskinan
"Pemerintah benar-benar bersikap proaktif dan memberikan dukungan serta manfaat yang saling menguntungkan terutama untuk warga,” ujar Gani.
Pemberdayaan dan bakti sosial ini merupakan konsep pembangunan Pentahelix, antara pemerintah, masyarakat, komunitas, akademisi, pengusaha, serta media.
Mereka bersinergi dan kolaborasi untuk mencapai hasil terbaik untuk menyelesaikan masalah sehingga terciptanya visi misi dan melahirkan gagasan yang baik.
Panitia acara Usmar Almarwan mengatakan, wilayah Harapan Mulya memiliki angka pengangguran dan anak putus sekolah yang cukup tinggi.
Selain itu, ada kesenjangan yang nyata di wilayah yang bersebelahan langsung dengan pusat bisnis Summarecon Bekasi tersebut.
Baca juga: Partisipasi Angkatan Kerja Wanita dan Pria Masih Senjang, Pemberdayaan Perlu Dikebut
“Sebagian besar tidak tamat SD, kemudian banyak pengangguran juga. Karenanya kita menilai wilayah ini perlu diberdayakan masyarakatnya agar kesenjangan sosial antara wilayah ini yang bersebelahan langsung dengan pusat bisnis Summarecon Bekasi, dapat teratasi,” ujar Usmar.
Kebanyakan anak putus sekolah itu kemudian ditampung belajar di Pondok Pesantren Al Futuuh. Ada 35 anak sekolah yang nyantri di pondok tersebut.
“Pondok ini tidak memungut biaya sama sekali. Karenanya kami Mahasiswa Magister Magister Ilmu Komunikasi Politik Universitas Paramadina sangat mengapresiasi keberadaan pondok dan ingin ikut berkontribusi,” sambungnya.
Keberadaan ponpes bukanlah solusi dari seluruh masalah sosial yang ada. Terutama terkait pengangguran karena minimnya lapangan pekerjaan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya