Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/12/2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Dunia tengah menghadapi ancaman krisis iklim yang semakin serius. Berbagai kejadian ekstrem seperti bencana, kekeringan, gelombang panas, menerpa dunia akhir-akhir ini.

Bahkan, layanan pemantau iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), memprediksi 2023 akan menjadi tahun terpanas sejak pencatatan suhu dilakukan beberapa abad yang lalu.

Wakil Direktur C3S Samantha Burgess mengatakan, hingga Oktober 2023 saja, rata-rata suhu Bumi sudah 1,43 derajat.

Baca juga: Tahukah Anda? Gajah Afrika Berperan Penting Lawan Perubahan Iklim

Angka tersebut mendekati ambang batas 1,5 derajat celsius yang telah disepakati dunia internasional dalam Perjanjian Paris pada 2015.

Penyebab utama naiknya suhu Bumi ini disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil yang melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK), sehingga secara akumulatif memerangkap sinar matahari lebih banyak.

Namun, di tengah berbagai fenomena yang suram tersebut, ada beberapa tanda-tanda kemajuan.

Berikut empat kabar positif sepanjang 2023 dalam hal kemajuan perlawanan perubahan iklim, sebagaimana dilansir CNN.

Baca juga: Malang Raya Butuh Pemimpin Pro-Iklim

1. Energi terbarukan berlipatganda

Ilustrasi proyek PLTSShutterstock Ilustrasi proyek PLTS

Pengembangan energi terbarukan di dunia semakin cepat dan berpilat ganda dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut International Energy Agency (IEA), 2023 dunia berada pada jalur peningkatan kapasitas energi terbarukan terbesar hingga saat ini.

Kabar baik datang dari Portugal. Selama lebih dari enam hari berturut-turut, mulai 31 Oktober hingga 6 November, negara berpenduduk lebih dari 10 juta orang ini mengandalkan 100 persen energi terbarukan.

Sedangkan China, penghasil emisi terbesar di Bumi, mencapai kemajuan pesat dalam bidang energi terbarukan.

Sebuah laporan yang diterbitkan pada Juni menyampaikan, kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di China lebih besar dibandingkan gabungan kapasitas negara-negara lain di dunia.

Baca juga: Peduli Krisis Iklim, Sinarmas Land Tanam 1.270 Pohon di Tiga Wilayah

2. COP28 sepakat transisi dari enegri fosil

Sesi pleno COP28 di Dubai pada Rabu (13/12/2023). Negara-negara mengadopsi perjanjian iklim yang  menyerukan dunia untuk bertransisi dari bahan bakar fosil. AFP/GIUSEPPE CACACE Sesi pleno COP28 di Dubai pada Rabu (13/12/2023). Negara-negara mengadopsi perjanjian iklim yang menyerukan dunia untuk bertransisi dari bahan bakar fosil.

KTT iklim COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), berakhir pada 13 Desember siang. Para perwakilan dari hampir 200 negara sepakat untuk bertransisi dari bahan bakar fosil.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau