Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/12/2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Frasa yang disepakati dalam keputusan tersebut adalah: bertransisi dari bahan bakar fosil ke dalam sistem energi, dengan cara yang adil, bertahap, dan merata sehingga dapat mencapai nol emisi pada 2050 sesuai dengan sains.

Meskipun perjanjian tersebut tidak mewajibkan dunia untuk menghentikan penggunaan batu bara, minyak, dan gas perjanjian tersebut tetap menyerukan negara-negara untuk berkontribusi dalam transisi.

Hal ini menandai pertama kalinya seluruh bahan bakar fosil, penyebab utama krisis iklim, menjadi sasaran perjanjian COP.

Presiden COP28 Sultan Al Jaber menyebut kesepakatan itu bersejarah. Akan tetapi, dia menegaskan keberhasilan sebenarnya dari kesepakatan tersebut terletak pada implementasinya.

Baca juga: Dukung Mitigasi Perubahan Iklim, Pemerintah Perkuat Ekosistem Karbon Biru

3. Deforestasi di Brasil menurun

Selama bertahun-tahun, deforestasi di Hutan Amazon Brasil terus meningkat. Namun, tahun ini ada kabar yang baik, tingkat deforestasi di dana menurun.

Menurut data Pemerintah Brasil, deforestasi di Hutan Amazon turun sebesar 22,3 persen dalam 12 bulan hingga Juli.

Marcio Astrini, ketua kelompok advokasi Climate Observatory, menggambarkan penurunan deforestasi ini sebagai hasil yang mengesankan.

Amazon adalah hutan hujan terbesar di dunia. Upaya perlindungannya dipandang penting untuk mengendalikan perubahan iklim.

Hutan bertindak sebagai penyerap karbon yang menyedot polusi. Ketika hutan dirusak, emisi GRK lepas ke atmosfer.

Namun, laju deforestasi di Brasil masih dua kali lipat dibandingkan angka terendah sepanjang masa pada 2012.

Baca juga: Penyandang Disabilitas Sangat Rentan Krisis Iklim, Perlu Bantuan yang Tepat

4. Lapisan ozon pulih dengan baik

Ilustrasi lapisan ozonShutterstock Ilustrasi lapisan ozon

Lapisan ozon bumi akan pulih sepenuhnya dalam beberapa dekade, sebuah panel ahli yang didukung PBB mengumumkan pada Januari, seiring dengan dihapuskannya bahan kimia perusak ozon di seluruh dunia.

Lapisan ozon melindungi planet ini dari sinar ultraviolet yang berbahaya. Sejak 1980-an, para ilmuwan telah memperingatkan adanya lubang akibat zat-zat yang merusak ozon, termasuk klorofluorokarbon (CFC), yang banyak digunakan dalam pendingin ruangan (AC), lemari es, aerosol, dan lainnya.

Kerja sama internasional telah membantu membendung dampak buruk ini. Sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Protokol Montreal, yang mulai berlaku pada tahun 1989, memulai penghapusan CFC secara bertahap.

Pemulihan lapisan ozon selanjutnya dipuji sebagai salah satu pencapaian lingkungan hidup terbesar di dunia.

Jika kebijakan penghapusan CFC tetap diterapkan, lapisan ozon diperkirakan akan pulih ke tingkat tahun 1980 pada 2040 di sebagian besar dunia.

Untuk wilayah kutub, jangka waktu pemulihannya lebih lama: tahun 2045 di Kutub Utara dan 2066 di Kutup Selatan.

Baca juga: Pemerintah Alokasikan Pendanaan Proyek Mitigasi Iklim dalam APBN

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau