KOMPAS.com - Perubahan iklim dan transisi energi belum menjadi isu utama dari ketiga pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan berkontestasi dalam Pemilihan PResiden (Pilpres) 2024.
Kesimpulan tersebut tertuang dalam hasil penelitian terbaru yang dilakukan Yayasan Indonesia Cerah dan Markdata.
Studi berjudul "Analisis Big Data Rekam Jejak Capres-Cawapres 2024 dalam Isu Iklim dan Transisi Energi" tersebut diliris pada 20 Desember 2023.
Baca juga: Berharap Capres-Cawapres 2024 Jadi Advokator Sungai
Penelitian tersebut menganalisis konten yang membandingkan informasi dari setiap pernyataan yang dikemukakan para capres dan cawapres dalam pemberitaan media online, visi-misi, dan unggahan media sosial Instagram mengenai isu krisis iklim dan transisi energi.
Rentang periode penarikan data dalam penelitian tersebut berlangsung selama satu tahun, dimulai 25 Oktober 2022 sampai 25 Oktober 2023.
Berdasarkan hasil penelitian, ketiga pasangan capres dan cawapres secara umum sudah membicarakan isu mengenai iklim dan transisi energi.
Hal tersebut terpantau melalui pemberitaan di media maupun dalam dokumen visi dan misi masing-masing kandidat.
Baca juga: Debat Cawapres Tidak Kupas Ekonomi Hijau
Menurut studi tersebut, pasangan nomor urut 1 (Anies - Muhaimin) paling banyak membicarakan isu iklim dan transisi energi, tetapi memiliki bobot yang dasar.
Sedangkan pasangan nomor urut 2 (Prabowo-Gibran) paling sedikit membicarakan isu iklim dan transisi energi.
Sementara pasangan nomor urut 3 (Ganjar-Mahfud) cukup banyak membicarakan isu iklim dan transisi energi, tetapi memiliki bobot yang cukup menengah.
Akan tetapi, isu iklim dan transisi energi belum menjadi perhatian utama dari ketiga pasangan capres dan cawapres.
Baca juga: Belum Ada Capres Paparkan Pemulihan Korban Karhutla
"Hal ini terlihat dari inkonsistensi seluruh pasangan dalam isu yang diangkat," tulis tim penyusun dalam studi tersebut.
"Terdapat gap (perbedaan) antara yang banyak disebut dalam pemberitaan dengan yang
tercantum dalam dokumen visi dan misi," sambung tim penyusun.
Selain itu, tidak ada pasangan yang paling banyak membicarakan topik-topik energi dan iklim dengan level advance atau mutakhir, baik dalam pemberitaan maupun dalam dokumen visi dan misi.
Kurangnya bahasan tersebut memperlihatkan kurangnya artikulasi dan pendekatan yang solutif oleh masing-masing pasangan terkait isu iklim dan transisi energi.
Baca juga: Capres-Cawapres Harus Paparkan Strategi Energi Terbarukan Secara Masif
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya