Secara khusus, kenaikan suhu permukaan dan bawah permukaan laut dapat menimbulkan dampak serius bagi spesies laut, seperti terumbu karang, rumput laut, dan ikan,
Halk tersebut berimplikasi pada kematian massal kehidupan di laut dan migrasi yang tentunya berujung pada berkurangnya jumlah tangkapan dan meningkatnya tekanan pada industri perikanan.
Hal ini juga dapat berdampak pada salinitas dan tingkat air tawar di lautan, mengubah sirkulasi lautan, arus, dan siklus air, serta dapat menyebabkan kenaikan permukaan laut.
Baca juga: Dukung Mitigasi Perubahan Iklim, Pemerintah Perkuat Ekosistem Karbon Biru
Pada Juni, 193 negara anggota PBB mengadopsi perjanjian pertama di dunia untuk melindungi laut lepas dan melestarikan keanekaragaman hayati lautan.
Perjanjian tersebut membahas empat tema utama: sumber daya genetik kelautan, alat pengelolaan berbasis kawasan, analisis dampak lingkungan, serta peningkatan kapasitas dan transfer teknologi kelautan.
Sejalan dengan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) pada 1982, perjanjian baru ini bertujuan untuk“melindungi, merawat, dan memastikan pemanfaatan lingkungan laut secara bertanggung jawab.
Selain itu, menjaga keutuhan ekosistem laut, dan melestarikan nilai-nilai yang melekat pada keanekaragaman hayati laut.
Baca juga: Kanada Kucurkan Dana Perubahan Iklim untuk NTT Rp 195 Miliar
Menurut laporan dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB pada Mei, ada 66 persen kemungkinan suhu rata-rata tahunan Bumi akan naik melampaui 1,5 derajat celsius dalam lima tahun ke depan.
PBB memperingatkan, kenaikan suhu global ini bisa berdampak luas bagi kesehatan, pangan, serta pengelolaan lingkungan dan air.
Selain itu ada kemungkinan 98 persen persen bahwa setidaknya satu tahun dari lima tahun ke depan akan menjadi tahun terpanas.
Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas mengatakan, laporan dari lembaganya tersebut bukan berarti bumi akan mengalami kenaikan suhu 1,5 derajat celsius secara permanen.
Taalas menyampaikan, fenomena El Nino dalam beberapa bulan mendatang akan memperparah tingginya suhu bumi yang sudah terjadi akibat pemanasan global yang telah disebabkan manusia.
Baca juga: Negara Maju Paling Berkontribusi atas Perubahan Iklim, Sumbang 67 Persen Emisi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya