Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/01/2024, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Jumlah kapasitas energi terbarukan meningkat 50 persen pada 2023 dibandingkan 2022, sebuah capaian yang patut disambut gembira.

Jumlah kapasitas energi terbarukan yang terhubung dengan sistem mencapai hampir 510 gigawatt (GW).

Peningkatan tersebut merupakan pertumbuhan tercepat dalam dua dekade terakhir, menurut laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA).

Salah satu penyebab tingginya realisasi energi terbarukan tersebut adalah pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di China secara masif.

Baca juga: Potensi Energi Terbarukan Provinsi Bali

Akan tetapi, IEA mengatakan, jumlah tersebut masih belum cukup dalam membantu dunia melawan perubahan iklim, sebagaimana dilansir AFP, Kamis (11/1/2024).

IEA mendesak agar kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan ditingkatkan lebih jauh lagi.

Peningkatan energi terbarukan sambil mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sangat penting untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius dibandingkan tingkat pra-industri.

IEA mengatakan, dunia perlu meningkatkan kapasitas energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat pada 2030 untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.

Baca juga: Bioenergi Beririsan dengan Pangan dan Lahan, Perlu Tenggat Waktu Transisi Energi

Dalam COP28, dunia juga sepakat meningkatkan energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat pada 2030.

COP28 juga menyepakati agar dunia bertransisi dari bahan bakar fosil, namun tanpa menetapkan jangka waktu.

Di satu sisi, menurut IEA, dunia belum siap mencapai tujuan itu. Menurut permodelan IEA, kapasitas energi terbarukan global diperkirakan baru meningkat 2,5 kali lipat pada 2030.

"Masih belum cukup untuk mencapai tujuan COP28 yaitu meningkatkan energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat, namun kita sudah semakin dekat," kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol.

Baca juga: Revisi Kebijakan Energi Nasional Dikebut, EBT 19 Persen Tahun 2025

Birol mengungkapkan, pemerintah di seluruh dunia sebenarnya punya kemampuan untuk mencapai tujuan tersebut sehingga mereka didesak untuk menerapkannya.

Dia menambahkan, PLTS dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) saat ini lebih murah dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar fosil di sebagian besar negara.

"Tantangan paling penting bagi komunitas internasional adalah peningkatan pesat pendanaan dan penerapan energi terbarukan di sebagian besar negara berkembang dan berkembang," tutur Birol.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

LSM/Figur
Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Pemerintah
Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Pemerintah
China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau