KOMPAS.com - Seiring dengan kemajuan teknologi dan elektrifikasi, penggunaan baterai untuk kendaraan listrik dan perangkat elektronik lainnya diperkirakan akan terus meningkat di masa depan.
Hal tersebut akan meningkatkan kebutuhan bahan baku baterai, seperti litium, nikel, dan kobalt.
Di sisi lain, baterai yang sudah tidak digunakan dapat menjadi permasalahan lingkungan. Pasalnya, baterai bekas mengandung logam berat yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Baca juga: Berapa Lama Usia Baterai Mobil Listrik?
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi dampak baterai bekas terhadap lingkungan adalah dengan melakukan daur ulang.
Selain itu, daur ulang baterai bekas juga dapat mengurangi ketergantungan pada industri pertambangan.
Peneliti Pusat Riset Sistem Nanoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Octia Flowerin mengatakan, daur ulang baterai bekas dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Dikutio dari situs web BRIN, Kamis (25/1/2024), Octia menyampaikan ada tiga metode daur ulang baterai yaitu pirometalurgi, hidrometalurgi, dan daur ulang secara langsung.
"Metode daur ulang baterai bekas yang paling umum adalah pirometalurgi, hidrometalurgi, dan daur ulang secara langsung," kata Octia dalam webinar ORNAMAT series 42, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN.
Baca juga: Albert Soerjonoto, Sempat Magang di Tesla, Kini Presdir Produsen Baterai Motor Listrik
Pirometalurgi adalah metode daur ulang baterai bekas dengan cara memanaskan baterai bekas pada suhu tinggi.
Metode ini menghasilkan logam murni, tetapi membutuhkan energi yang besar.
Hidrometalurgi adalah metode daur ulang baterai bekas dengan cara melarutkan logam dari baterai bekas menggunakan larutan kimia.
Metode ini menghasilkan logam murni dengan energi yang lebih rendah dari pada pirometalurgi.
Daur ulang secara langsung adalah metode dengan cara mengubah baterai bekas menjadi katoda baterai baru.
Metode ini membutuhkan energi yang paling rendah, tetapi hanya dapat dilakukan untuk baterai dengan jenis tertentu.
Baca juga: Pi-Pop, Sepeda Listrik Pertama Tanpa Baterai Litium
Octia dan timnya mengembangkan metode daur ulang baterai bekas menggunakan hidrometalurgi dan penelitian asam askorbat.
"Metode ini menghasilkan logam murni dengan efisiensi yang tinggi dan energi yang rendah," kata salah satu peneliti dari Kelompok Riset Material Fungsional Dimensi Rendah.
Octia berharap, penelitiannya dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada industri pertambangan.
Baca juga: ABeam Report: Pengguna Mobil Listrik Berbasis Baterai di Indonesia Masih Satu Persen
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya