Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 26 Januari 2024, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Seiring dengan kemajuan teknologi dan elektrifikasi, penggunaan baterai untuk kendaraan listrik dan perangkat elektronik lainnya diperkirakan akan terus meningkat di masa depan.

Hal tersebut akan meningkatkan kebutuhan bahan baku baterai, seperti litium, nikel, dan kobalt.

Di sisi lain, baterai yang sudah tidak digunakan dapat menjadi permasalahan lingkungan. Pasalnya, baterai bekas mengandung logam berat yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

Baca juga: Berapa Lama Usia Baterai Mobil Listrik?

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi dampak baterai bekas terhadap lingkungan adalah dengan melakukan daur ulang.

Selain itu, daur ulang baterai bekas juga dapat mengurangi ketergantungan pada industri pertambangan.

Peneliti Pusat Riset Sistem Nanoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Octia Flowerin mengatakan, daur ulang baterai bekas dapat dilakukan dengan beberapa metode.

Dikutio dari situs web BRIN, Kamis (25/1/2024), Octia menyampaikan ada tiga metode daur ulang baterai yaitu pirometalurgi, hidrometalurgi, dan daur ulang secara langsung.

"Metode daur ulang baterai bekas yang paling umum adalah pirometalurgi, hidrometalurgi, dan daur ulang secara langsung," kata Octia dalam webinar ORNAMAT series 42, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN.

Baca juga: Albert Soerjonoto, Sempat Magang di Tesla, Kini Presdir Produsen Baterai Motor Listrik

  • Pirometalurgi

Pirometalurgi adalah metode daur ulang baterai bekas dengan cara memanaskan baterai bekas pada suhu tinggi.

Metode ini menghasilkan logam murni, tetapi membutuhkan energi yang besar.

  • Hidrometalurgi

Hidrometalurgi adalah metode daur ulang baterai bekas dengan cara melarutkan logam dari baterai bekas menggunakan larutan kimia.

Metode ini menghasilkan logam murni dengan energi yang lebih rendah dari pada pirometalurgi.

  • Daur ulang langsung

Daur ulang secara langsung adalah metode dengan cara mengubah baterai bekas menjadi katoda baterai baru.

Metode ini membutuhkan energi yang paling rendah, tetapi hanya dapat dilakukan untuk baterai dengan jenis tertentu.

Baca juga: Pi-Pop, Sepeda Listrik Pertama Tanpa Baterai Litium

Penelitian

Octia dan timnya mengembangkan metode daur ulang baterai bekas menggunakan hidrometalurgi dan penelitian asam askorbat.

"Metode ini menghasilkan logam murni dengan efisiensi yang tinggi dan energi yang rendah," kata salah satu peneliti dari Kelompok Riset Material Fungsional Dimensi Rendah.

Octia berharap, penelitiannya dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada industri pertambangan.

Baca juga: ABeam Report: Pengguna Mobil Listrik Berbasis Baterai di Indonesia Masih Satu Persen

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Pemerintah
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
LSM/Figur
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
LSM/Figur
BPBD Gelar Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir di Jabodetabek
BPBD Gelar Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir di Jabodetabek
Pemerintah
Hari Pahlawan dan Pejuang Lingkungan Kita
Hari Pahlawan dan Pejuang Lingkungan Kita
LSM/Figur
Kunjungan Menteri PKP Tegaskan Komitmen Astra Wujudkan Hunian Layak bagi Warga
Kunjungan Menteri PKP Tegaskan Komitmen Astra Wujudkan Hunian Layak bagi Warga
BrandzView
Ambisi Iklim Turun, Dunia Gagal Penuhi Perjanjian Paris
Ambisi Iklim Turun, Dunia Gagal Penuhi Perjanjian Paris
Pemerintah
Mayoritas Penduduk Negara Berpenghasilan Menengah Rasakan Dampak Krisis Iklim
Mayoritas Penduduk Negara Berpenghasilan Menengah Rasakan Dampak Krisis Iklim
Pemerintah
Kebijakan Iklim Dapat Dukungan, Tapi Disinformasi Picu Keraguan
Kebijakan Iklim Dapat Dukungan, Tapi Disinformasi Picu Keraguan
LSM/Figur
Dampak Perubahan Iklim: Sudah Telat Selamatkan Kopi, Cokelat, dan Anggur
Dampak Perubahan Iklim: Sudah Telat Selamatkan Kopi, Cokelat, dan Anggur
LSM/Figur
KLH: Indonesia Darurat Sampah, Tiap Tahun Ciptakan Bantar Gebang Baru
KLH: Indonesia Darurat Sampah, Tiap Tahun Ciptakan Bantar Gebang Baru
Pemerintah
Ecoground 2025: Blibli Tiket Action Tunjukkan Cara Seru Hidup Ramah Lingkungan
Ecoground 2025: Blibli Tiket Action Tunjukkan Cara Seru Hidup Ramah Lingkungan
Swasta
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
Pemerintah
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau