Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/01/2024, 13:00 WIB
Hadi Maulana,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

BATAM, KOMPAS.com – Internasional Business Association (IBA) dan perusahaan Camel Asia mengundang mantan Menteri Dalam Negeri Taiwan Profesor Li Hongyuan dan Profesor He, ahli hak karbon di bidang teknik lingkungan ke Pulau Bintan, Kepulauan Riau.

“Keduanya berpartisipasi dalam proyek perlindungan lingkungan ESG Indonesia, Taman Kehidupan,” kata Ketua IBA Shan Shan di Batam kepada Kompas.com, Jumat (10/1/2024).

Shan shan mengatakan, keduanya akan bekerja dengan tim profesional International dari Hong Kong untuk mempromosikan perlindungan lingkungan dengan prinsip-prinsip environtment, social and governance (ESG), dan energi hijau.

Kemudian proyek berkelanjutan, dan perdagangan hak karbon yang sedang secara aktif dipromosikan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

“IBA dan Camel Asia menerapkan rencana inovatif demi pembangunan berkelanjutan di dunia, khususnya di Indonesia,” ungkap Shan shan.

Baca juga: Wujudkan Industri Berdaya Saing Global Perlu Terapkan ESG

Rencananya, tempat kremasi tinggi karbon yang sudah digunakan di berbagai daerah akan diperbaiki menjadi tempat kremasi rendah karbon.

Abu hasil kremasi akan ditempatkan di Taman Kehidupan ramah lingkungan di Gunung Jin Gang di bagian tengah dan selatan Pulau Bintan, Kepri.

Menurutnya, cara ini sangat menghemat konsumsi lahan, mengurangi luas deforestasi, dan mengurangi emisi karbon.

Taman tersebut saat ini dirancang menjadi 300.000 lot, dengan penilaian awal sebesar 3 miliar dollar Singapura. atau ekuivalen Rp 33 triliun.

“Ini merupakan lokasi pengujian pertama dan dapat direplikasikan di lokasi lain yang cocok, sesuai dengan keberhasilan pengujian awal di masa depan,” terang Shan shan.

Dana Rp 33 triliun ini akan menjadi membiayai pembangunan pusat konvensi dan pameran, yang digunakan untuk menyumbang dan membangun ruang pameran ekonomi dan perdagangan di 38 provinsi Indonesia, salah satunya di Pulau Binta.

Tidak itu saja, proyek ini juga merupakan salah satu upaya dalam merencanakan platform komunikasi dan pertukaran sumber daya yang menghubungkan Indonesia dengan sumber daya asing, dan membantu setiap kabupaten kota di Indonesia untuk mengembangkan sumber daya yang kaya, pariwisata dan proyek investasi lainnya.

Baca juga: Basuki Beberkan Penerapan ESG dalam Proyek Infrastruktur IKN

“Secara langsung mendorong perkembangan pariwisata dan perekonomian serta perdagangan di Pulau Bintan,” ungkap Shan shan.

Selain itu, secara bersamaan juga membantu lebih dari 500 kabupaten dan kota di Indonesia untuk bergabung dalam platform penghitungan dan perdagangan hak karbon.

“Proyek ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk menjadi negara perdagangan hak karbon terbesar di dunia,” tehas Shan shan.

Sementara itu, Prof Lee Hong Yuan menjelaskan, emisi karbon merupakan masalah global yang sangat krusial saat ini.

“Dan Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak sekali sumber daya yang bisa digunakan untuk pengurangan karbon,” ungkap Hong Yuan.

Baca juga: Belum Bikin Laporan ESG, Metland Tetap Terapkan Praktik Keberlanjutan

Implementasi rencana inovatif ini akan mendorong pembangunan ekonomi Indonesia melalui upaya perlindungan lingkungan hidup tingkat lanjut, dan juga akan memberikan rencana implementasi yang paling langsung terhadap isu-isu lingkungan hidup secara global.

Partisipasi Menteri Li, Profesor He dan tim Hong Kong akan menambah sumber daya asing yang lebih maju ke dalam rencana ini dan meningkatkan kelayakan serta pengaruh proyek.

“Ini upaya kita Bersama, kita akan membantu mendorong perlindungan lingkungan global dan memberikan kontribusi penting bagi pembangunan berkelanjutan di bumi,” pungkas Shan shan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com